“Resep Dewasa”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
KELOMPOK 3
BLOK FARMACOTERPY
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang
memiliki sembilan puluh sembilan Asmaul Husna dan salah satu diantaranya adalah
Dia yang Maha Pengasih dan Penyayang, kami hanturkan puji syukur kehadirat
Allah SWT karena atas izin-Nya jualah kami dapat menyelesaikan Laporan Modul “Resep Dewasa” yang sangat sederhana ini.
Laporan modul ini
disusun berdasarkan batasan topik mengenai bagaimana menuliskan resep untuk pasien sesuai
dengan apa yang diderita
Akhir kata,
perkenankanlah kami mengutip sebuah kata yang berbunyi “menyerang manusia dengan panah itu lebih mudah daripada menyerangnya
dengan lisan, karena panah terkadang lupu dari sasarannya, sementara lisan
tidak.” Oleh karena itu, mungkin dengan apa yang kami ketik tidak lepas
dari lisan kami. Sehingga kami meminta maaf apabila dalam penulisan laporan ini
masih banyak hal yang tidak sesuai dan tidak seperti yang diharapkan. Dengan
hal ini kami sangat membutuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar
kami bisa memberikan yang lebih baik lagi.
Makassar,
23 September 2013
Kelompok
III
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL .................................................................................. i
KATA
PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR
ISI
.............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 2
2.1 Penggolongan obat................................................................... 2
2.2 Indikasi dan KI,
Efek samping dan posologi Obat................. 6
2.3 Dosis Obat............................................................................. 18
2.4 Pengertian Resep.................................................................... 20
2.5 Cara penulisan
Resep............................................................. 20
BAB III PENUTUP ................................................................................. 21
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................ iv
BAB I
PENDAHULUAN
Farmakologi ialah
ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam ilmu
kedokteran senyawa tersebut disebut obat, dan lebih menekankan pengetahuan yang
mendasari manfaat dan risiko penggunaan obat. Karena itu, dikatakan farmakologi
merupakan seni menimbang. Tanpa pengetahuan farmakologi yang baik, seorang
dokter dapat merupakan sumber bencana bagi pasien karena tidak ada obat yang
aman secara murni. Hanya dengan penggunaan yang cermat, obat akan bermanfaat
tanpa efek samping tidak diinginkan yang terlalu menganggu. Efek samping
obat meningkat sejalan degan jumlah obat yang diminum. Oleh karena itu, penting
sekali pengetahuan obat bagi seorang dokter yang tidak diragukan.7
Obat didefinisikan
sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan,
atau menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang infertil,
atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan.7
Farmakologi
ialah ilmu yang mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar, dan menjembatani ilmu
preklinik dan klinik. Mahasiswa yang belajar farmakologi mendapat bayangan yang
lebih jelas mengenai keterkaitan antara ilmu kedokteran dasar yang telah
didapat dan yang akan didapat, karena farmakologi terkait dengan hampir semua
ilmu kedokteran lainnya termasuk ilmu gizi.7
Farmakologi
terutama terfokus pada dua subdisiplin, yaitu farmakodinamik dan
farmakokinetik. Farmakokinetik ialah
apa yang dialami obat yang diberikan pada suatu makhluk, yaitu absorbsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Farmakodinamik
menyangkut pengaruh obat terhadap sel hidup, organ atau makhluk, secara
keseluruhan erat berhubungan dengan fisiologi, biokimia, dan patologi.7
Oleh
sebab itu penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana farmakokinetik dan
farmakodinamik, efek samping obat, indikasi dan kontra indikasi suatu obat. Dan
akan dibahas juga bagaimana resep yang di berikan pasien.
BAB
II
PEMBAHASAN
LEARNING OBJECTIVE
2.1 PENGGOLONGAN OBAT
§ ANTIBIOTIK
Antibiotik
digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk
prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar.
Berikut
ini penggolongan antibiotik, yaitu:
1.
Golongan
Penisilin
Golongan
penisilin bersifat bakterisidal dan bekerja untuk membunuh bakteri penyebab
penyakit. Adanya nukleus asam amino penisilinat merupakan ciri khas antibiotika
golongan ini. Kelompok ini masih dibagi lagi menjadi beberapa jenis yang
dihubungkan dengan tingkat kerusakan terhadap enzim penisilinase maupun
kekuatan spektrum anti kuman terhadap gram positif maupun negatifnya. Contoh
obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin.
Untuk meningkatkan ketahanan thp b-laktamase : penambahan senyawa untuk
memblokir & menginaktivasi b laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat,
Ampisilin + sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam.1
2.
Golongan
Sefalosporin
Mirip
dengan penisilin namun terbagi lagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing adalah
kelompok yang paling aktif terhadap kuman gram positif namun kurang aktif
terhadap gram negatif, (seperti sefalotin, sefaleksin, sefazolin, serta
sefradin); kelompok yang lebih aktif terhadap gram negatif namun kurang aktif
terhadap gram positif (seperti sefaklor dan sefamandol); serta kelompok paling
aktif terhadap gram negatif (seperti mokasalatam, sefotaksim, dan sefoksitin).1
3.
Golongan
Amfenikol
Golongan
amfenikol aktif terhadap kuman gram negatif maupun positif, klamidia,
mikoplasma. Salah satu jenis dari golongan antibiotik ini, yaitu kloramfenikol
hanya digunakan untuk mengatasi infeksi H. influenzae dan S. typhi karena
bersifat toksit terhadap sumsum tulang.1
4.
Golongan
Tetrasiklin
Golongan
ini meliputi tetrasiklin, metasiklin, minosiklin, demeklosiklin,
klortetrasiklin, dan oksitetrasiklin. Golongan tetrasiklin masih sering dijadikan
rujukan untuk mengatasi infeksi akibat klamidia, riketsia, mikoplasma meski di
lapangan kerap ditemukan terjadinya kasus resistensi. Karena itu pemakaian
antibiotika golongan ini makin dibatasi.1
5.
Golongan
Aminoglikosida
Golongan
aminoglikosida bersifat bakterisidal atau membunuh bakteri. Beberapa jenis
antibiotika yang masuk dalam golongan ini diantaranya streptomisin, kanamisin,
amikasin, gentamisin, neomisin, tobramisin, dan metilmisin.1
6.
Golongan
Makrolida
Golongan
ini sering digunakan sebagai alternatif pilihan selain penisilin. Beberapa yang
masuk jenis ini diantaranya adalah rosaramisin, oleandomisin, roksitromisin,
spiramisin, josamisin, eritromisin, dan trioleandomisin. Salah satu jenis ini,
yaitu eritromisin banyak digunakan untuk menyembuhkan penyakit legionnaires dan
infeksi pneumonia atipik.1
7.
Golongan
Linkosamid
Golongan
ini kadang digunakan sebagai pelengkap dalam mengatasi kuman yang tahan
terhadap penisilin. Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan
Linkomycin (linkomisin).1
8.
Golongan
Polipeptida
Golongan
polipeptida dikenal aktif terhadap bakteri gram negatif seperti pseudomonas.
Golongan ini diantaranya terdiri dari polimiksin, A, B, C, D, E. Diantaranya
golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan
ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin,
klortetrasiklin).1
9.
Golongan
antibakterium
Sesuai
namanya, banyak digunakan untuk melawan bakteri mikobakterium. Diantaranya yang
termasuk dalam golongan ini adalah etambutol, dapson, streptomisin, INH, dan
rifampisin, yang dikenal untuk menyembuhkan TBC dan penyakit Lepra.1
10. Golongan sulfonamida dan
trimetropim
Golongan
ini digunakan dalam bentuk kombinasi untuk mengatasi bakteri bronkhitis,
prostatitis, salmonelosis, maupun untuk infeksi saluran kencing. Sedangkan
penggunaan salah satu, seperti sulfonamida sering menimbulkan resistensi
sehingga mulai ditinggalkan. Yang termasuk golongan sulfonamida diantaranya
kotrimoksazol dan trimetoprim.1
11. Golongan kuinolon
Golongan
terakhir ini merupakan golongan antibiotik sistetis yang belakangan mulai
banyak digunakan untuk infeksi nosokomial, diantaranya meliputi norfloksasin,
ofloksasin, asam nalidiksat, ataupun pefloksasin.1
§ ANALGETIK
Analgetik
atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa
nyeri tanpa menghilangi kesadaran. Antipiretik adalah zat-zat yang dapat
mengurangisuhu tubuh. Anti inflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat
mengurangi peradangan atau pembengkakan. Obat analgesik, antipiretik, serta
obat AntiInflamasi Non Steroid merupakan suatu kelompok obat yang heterogen,
bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian, obat-obat
ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping.
Prototipe obat golongan ini adalah aspirin. Karena itu, banyak golongan dalam
obat ini sering disebut obat mirip aspirin.2
Klasifikasi
Berdasarkan
pada kekuatan efek, mekanisme kerja dan efek samping, obat-obat yang mempunyai
efek analgetik dibagi dalam 3 golongan:
1. Analgesik
mirip opioid dengan efek kuat dan terutama bekerja sentral = analgesik narkotik
= hipnoanalgesik.2
2. Analgesik
yang berefek lemah hingga sedang yang terutama bekerja perifer. Golongan ini
mempunyai efek antipiretik dan sebagian antiflogistik atau antirematik.2
ü Senyawa
asam, yang bekerja analgetik, antipiretik dan antiflogistik. Contoh: derivat
asam salisilat (Asam Asetilsalisilat), derivat asam arilasetat (Diflofenak,
Indometasin), derivat asam arlipropionat (Ibuprofen).2
ü Senyawa
bukan asam, yang bekerja analgetik dan antipiretik, contoh: anilida
(paracetamol), pirazolon yang tidak asam
(Metamizol).2
3. Analgesik
nonopioid tanpa efek antipiretik dan antiflogistik.2
ü Flupirtin
(Katadolon)
ü Nefopam
(Ajan)
§ ANTI INFLAMASI
Obat-obat
anti inflamasi non steroid (AINS) merupakan suatu grup obat yang secara kimiawi
tidak sama, yang berbeda aktivitas antipireti, analgesik dan anti-inflamasinya.8
AINS
merupakan kelompok obat-obat yang bekerja dengan aktivitas menghambat enzim
siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin
menjadi terganggu. AINS cocok digunakan untuk mengurangi pembengkakan, nyeri
dan kekakuan sendi.4
Contoh
senyawa yang termasuk dalam kelompok ini adalah4:
1.
Turunan asam salisilat, contoh: aspirin, diflusinal,
sulfasalazin, olsalazin.
2.
Turunan para-aminofenol, contoh: asetaminofen
3.
Indol dan asam indene asetat, contoh: indometasin,
sulindak, etodolak
4.
Asam heteroalil asetat, contoh: tolmetin, diklofenak,
ketorolak
5. Asam arilpropionat, contoh:
ibuprofen, naproksen, feniprofen, ketoprofen
6. Asam antranilat (fenamat), contoh:
asam mefenamat, asam meklofenamat
7. Asam enolat, contoh: oksikam
(piroksikam, tenoksikam), pirazolidin (fenilbutazon, oksifentatrazon)
2.2 INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI, EFEK
SAMPING DAN POSOLOGI
§ ANTIBIOTIK
1. Golongan
Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari
bermacam-macam jemis yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R
) benzilpenisilin ternyata paling aktif.1
penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat
sintesi dinding sel. Pensilin terdiri dari:1
· Benzil Penisilin
Dan Fenoksimetil Penisilin
Benzil Penisilin
Indikasi : infeksi saluran
kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive,
gonore.
Kontra Indikasi :
hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin.
Efek samping :
reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
Dosis : pada infeksi
umum i.m/i.v 4-6x sehari 1-4 MU dari garam-garam long acting-nya
Fenoksimetil Penisilin
Indikasi : tonsillitis,
otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksisinfeksi pneumokokus.
Kontra Indikasi :
hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin.
Efek samping :
reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral, pensilin harus diberi 1 jam
sebelum makan.
Dosis
Oral: Infeksi
Sistemik: Anak < 12 tahun, 25-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap
6-8 jam; dosis maksimal 3 g/hari. Anak > 12 tahun dan dewasa: 125-500 mg
setiap 6-8 jam. Profilaksis pneumococal:
Anak < 5 tahun, 125 mg dua kali sehari, Anak > 5 tahun, dan dewasa, 250
mg dua kali sehari. Profilaksis demam
reumatoid kambuhan: Anak < 5 tahun, 125 mg dua kali sehari, Anak > 5
tahun, dan dewasa, 250 mg dua kali sehari. Penyesuaian
dosis untuk gagal ginjal: ClCr <10 mL/menit; diberikan 250 mg setiap 6
jam. Pemberian obat Oral: Diberikan dalam keadaan perut kosong untuk
meningkatkan absorbsi obat.1
· Pensilin Tahan
Penisilinase
Kloksasilin dan Flukoksasilin
Indikasi : infeksi karena
stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Kontra Indikasi :
hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin
Efek samping :
reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral..
· Pensilin Spectrum
Luas
Ampisilin dan amoxixilin
Indikasi : infeksi saluran
kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive,
gonore.4
Kontra Indikasi :
hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.4
Efek samping :
reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
Dosis ampisilin :
oral 4 dd sehari 0,5-1 g a.c, saluran kemih: 3-4 dd 0,5 g, gonore: 1x3,5 g +
probenesid 1 g, tifus/paratifus: 4 dd 1-2 g selama 2 minggu. Juga rektal maupun
secara i.m dan i.v
Dosis Amoksisilin :
oral 3 dd 375-1.000 mg, anak-anak < 10 tahun 3 dd 10 mg/kg, 3-10 tahun 3 dd
250 mg, 1-3 tahun 3 dd 125 mg, 0-1 tahun 3 dd 10 mg. Juga diberikan secara
i.v/i.m
· Penesilin Anti Pseudomona1
Tikarsilin
Indikasi : infeksi yang
disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus spp
Piperasilin dan Sulbenisilin
Indikasi : infeksi yang
disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
Kontra Indikasi dan efek samping Tikarsilin, Piperasilin dan Sulbenisilin sama dengan benzil
penisilin.
2. Golongan Sefalosporin1
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja
dengan cara menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip
dengan penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat
probenisid.
Sefalosforin terbagi atas :
Sefalosforin terbagi atas :
1)
Sefaklor, sefadroksil, Sefeksim, sefripom, Seftazidim,
Seftibuten, Seftriakson, Sefaleksin,
Sefotaksim, Sefpirom, Seftibuten, sefaperazon
indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
kontra indikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin,
porfiria
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh
antibiotic ( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, Dll
Dosis Sefaleksin: oral 4 dd 250-500 mg a.c
Dosis sefadroksil :oral 2 dd 0,5-1g a.c
Dosis sefaklos : oral 3 dd 250-500 mg a.c
2)
Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
3)
Sefodizim
Indikasi : ISPA, infeksi saluran kemih atas, dan bawah.
4)
Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
5)
Sefuroksim
indikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N gonorrhoeae
indikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N gonorrhoeae
Dosis : i.m/i.v 3 dd 0,75-1,5 g; gonore oral single dose 1000
mg
6)
Sefamandol, sefazolin, dan
sefradin
indikasi : profilaksis tindakan bedah
Dosis Sefradin: oral 2 dd 500 mg a.c i.m/i.v. 4 dd 0,5-1 g
7)
Sefpodoksim
Indikasi: infeksi saluran napas tetapi
Indikasi: infeksi saluran napas tetapi
Secara umum untuk pembagian sefalosporin kontra indikasinya
sama.
2. Golongan Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan
antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama semakin berkurang
karena masalah resistensi.
Tetrasiklin, Demeklosiklin Hidroklorida, Doksisiklin, dan
Oksitetrasiklin1
Indikasi: eksaserbasi
bronkitri kronis, bruselosis klamidia, mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura
karena keganasan atau sirosis, akne vulganis.
Efek samping: mual,
muntah, diare, eritema.
Dosis Oksitetrasiklin :
250-500 mg
tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial.
Kapsul 250 mg (K).
3. Golongan Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat
bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram negative.
Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas
aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan
penggunaannya sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.1
1.
Amikasin
Indikasi : infeksi
generatif yang resisten terhadap gentamisin.
Peringatan;
Peringatan;
Efek samping lebih
ringan daripada obat-obat liannya.
Dosis: i.m/i.v 15
mg/kg/hari
2.
Gentamisin, Kanamisin dan Tobramisin
Indikasi : septicemia
dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya. Infeksi bilier,
pielonefritis dan prostates akut, endokarditis karena Str viridans. Atau str
farcalis (bersama penisilin, pneumonia nosokomial, terapi tambahan pad
meningitis karena listeria.
Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
Efek samping : gangguna
vestibuler dan pendengaran, netrotoksista, hipomagnesemia pada pemberian jangka
panjang colitis karena antibiotic
Dosis Gentamisin:
injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse, 2-5 mg/ kg/ hari ( dalam
dosis terbagai tiap 8 jam) lihat juga keterangan diatas sesuaikan dosis terbagi
tiap 8 jam ) lihat juga keterangan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam plasma
3.
Neomisin Sulfat
Indikasi: Sterilisasi
usus sebelum operasi lihat juga keterangan diatas
4.
Netilmisin
Indikasi: infeksi berat
kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin.
4. Golongan Makrolida
Eritromisin memiliki
spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin, sehingga obat ini
digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi
saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo
bakter.
1.
Eritromisin
Indikasi: sebagai
alternative untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis
kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non
gonokokus, protatitis kronik, akne vulgaris, dan rpofilaksis difetri dan
pertusis.
Kontraindikasi:
penyakit hati (garam estolat).
Efek samping: mual
muntah, nyeri perut, diare; urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainnya; gangguan
pendengaran yang reversible pernah pernah dilaorkan setelah pemberian dosis
besar; ikterus kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada)
Dosis : oral 2-4 dd
250-500 mg pada saat perut kosong, untuk anak-anak 20-40 mg/ kg b.b/hari selama maksimal 7 hari.
2.
Azitromisin
Indikasi: infeksi
saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa kompliasi.
Kontraindikasi:
gangguna fungsi hati.dosis: 500 mg sekali sehari selama 3 hari
Efek samping : lihat di
eritromisin; wanita hamil atau menyusui; pernah dilaporkan fotosensitivitas dan
neutropenia ringan
3.
Klaritromisin
Indikasi : infeksi
saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak; terapi
tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak duodenum.1
§ ANALGETIK
1.
Analgesik
yang bekerja mirip opioid
Penggunaan
Terapi: nyeri yang kuat hingga yang paling kuat, nyeri
tumor, nyeri yang disertai ketakutan eksistensial.2
Kontra
Indikasi
Absolut
: udem
otak, trauma tulang tengkorak otak, Delirium tremens, insuflsiensi pernapasan,
asma bronkial, pankreatitis akut, anak-anak berusia di bawah 1 tahun
Relatif
:
- kolik saluran empedu, sindrom pascakolesistektomi, kolitis ulserosa; -
hipovelima, terapi antihipertensi, Kor pulmonal; - penderita kejang; -
kehamilan, kelahiran, masa menyusui.
Interaksi
:
+ obat-obat yang meredakan secara sentral seperti barbiturat, fenotiazin,
penghambat MAO, antidepresi trisiklik dsb. Memperkuat efek sedatif dan depresi
pernapasan, + fenotiazin dan menguatkan efek penurunan tekanan darah, +
amfetamin menaikkan analgesia dari morfin dan mengurangi efek sedasi dan
depresi pernapasan.2
Efek
samping (sentral):
1)
Efek
merangsang : a) medula oblongata, analgesia dan
penekanan refleks dilepaskan dengan jalan mengaktifkan, b) Pusat muntah: emetik
(efek dini, perangsangan reseptor dopamin secara langsung),c) pusat okulomotor,
miosis.
2)
Efek
meredakan:
- Proyeksi
talamokortikal ke area asosiasi dari korteks serebri: analgesia
- Pusat
vegatatif dari medula oblongata
Ø Pusat
muntah : antiemetik (efek lambat, tidak dapat dibatalkan)
Ø Pusat
pernapasan: depresi pernapasan
Ø Pusat
batuk: antitusif
Ø Pusat
simpatik: hambatan pada kemampuan pengaktifan reflektorik
- Sumsum
tulang belakang: analgesia dan hambatan terhadap refleks untuk dilepaskan.
Efek
samping (perifer)
- Kenaikan
tonus otot-otot polos
Ø lambung
(kontriksi pillorus)
Ø usus
(kontriksi segmental)
Ø ureter
(kontriksi otot-otot kandung kemih dan Muskulus Sfingter vesika)
Ø kandung
empedu (kontriksi otot-otot kandung empedu dan dari sfingter oddi)
- Pengurangan
tonus otot-otot polos pembuluh darah: bahaya kolaps ortostatik
- Pembebasan
histamin dari jaringan oleh morfin: reaksi-reaksi kulit, bronkospasmus pada
penderita asma.
2.
Analgesik yang terutama bekerja antiflogistik dan antipiretik2
Penggunaan
terapi : Nyeri ringan hingga sedang (nyeri kepala, gigi, haid
dll), Migrain, Demam dan Inflamasi
nonbakterial, terutama macam-macam bentuk rematik, pada artrosis, pirai.
Obat-obat
Analgesik Asam :
1.
Asam
Asetilsalisilat (ASS: misalnya Aspirin)
Penggunaan
terapi : Nyeri ringan hingga sedang, Demam, Peradangan, dan Penghambatan agregasi trombosit
(sudah pada dosis rendah) sebagai profilaksis sekunder pada gangguan sirkulasi
serebral, angina pektoris, Infark jantung.
Kontra
Indikasi : flu dengan penyebab virus dan infeksi Varicella pada anak kecil serta anak
muda berusia dibawah 19 tahun.
Efek
samping: retensi asam urat pada pasien pirai makin kuat,
alergi murni, pada overdosis: tinitus, vertigo, mual, muntah, perdarahan GI.
Dosis:
Sebagai antipiresis dan analgetik Dosis : Anak-anak 15-20mg/kgBB tiap 4-6
jam,max 3,6 gram/hari Dewasa 325mg-650mg tiap 3-4 jam
2.
Diklofenak
(Voltaren)
Penggunaan
terapi : Penyakit sendi yang meradang, juga degeneratif, Penyakit Bechterew, Serangan pirai akut, Peradangan jaringan lunak, dan Dismenore berat
Efek
samping: terkadang kerusakan hati dan ginjal yang sebagian
reversible, dan gejala saraf pusat (vertigo dll)
3.
Indometasin (Amuno)
Penggunaan
terapi : rematik dan pirai
Efek
samping: nyeri kepala bagian dahi, vertigo, gejala psikis,
psikosis, parkinsonismus, epilepsi, retinopati, dan agranulositosis
4. Ibuprofen
(Tabalon, Aktren)
Penggunaan
terapi : nyeri akibat berbagai penyebab, peradangan, rematik,
dan nyeri pada metastasis tulang (3x800 mg)
Efek
samping: seperti NSAR yang lain, tetapi dalam perbandingan
sedemikian ringan, sehingga untuk tablet 400 mg diharuskan memakai resep.
Dosis:
Anak 30-40 mg/kgBB/hari Dewasa 4-6X 200-400 mg/hariKeterangan
5.
Ketoprofen (Orudis), Naproksen (Proxen)
Penggunaan
terapi : rematik, penyakit radang dan dismenorea primer.
6. Piroksikam
(Felden), Meloksikam (Mobec)
Penggunaan
terapi : gejala nyeri, radang, rematik pada jaringan lunak,
pirai akut, reumatoid artritis, dan ankilosans spondilitis.5
Kontra
Indikasi : kombinasi dengan Antikoagulan, fenltoin,
Diuretik hemat kalium, litium, gangguan fungsi ginjal diabetik, pasien berusia
dibawah 15 tahun, serta insufisiensi hati yang berat.
Efek
samping:
- Piroksikam
: pada 20% pasien timbul keluhan gastrointerstinal, gangguan fungsi ginjal,
stomatitis, alopesia, gangguan pertumbuhan kuku, fototosisitas dan alergi. Efek
samping lain adalah pusing,tinnitus, nyeri kepala, dan eritem kulit.5
- Meloksikam
: stomatitis, fotosensibilisasi, sindrom Steven Johnson, eritema multiform,
peningkatan nilai kreatini dan asam urat didarah dan gangguan fungsi hati.
7. fenilbutazon
(Ambene), Oksifenbutazon, Mofebutason (Mofesal)
Penggunaan terapi :
·
Fenilbutazon, oksifenbutazon (=metabolit
dari fenilbutason) : pirai akut,
reumatik sendi kronis (serangan akut), penyakit Bechterew (=spondylarthritis
ankylopoetica)
·
Mofebutazon : penyakit rematik
inflamatorik degeneratif, rematik jaringan lunak, tromboflebitis permukaan.
Kontra Indikasi : tukak
lambung usus, hipertensi berat, gangguan fungi hati, peyakit kelenjar tiroid,
kehamilan, masa menyusui, dan anak-anak sampai usia 14 tahun.
Efek samping :
agranulositosis, dengan kemungkinan
kematian, retensi Natrium dan air yang cukup besar disertai peningkatan volume
plasma hingga sekitar 50%, alergi hingga terjadi syok, reaksi dermatologis,
Insufisiensi hati dan pankreas terutama setelah gangguan sebelumnya.
8. Azapropazon
(Tolyprin)
Penggunaan terapi : nyeri
peradangan atau pembengkakan setelah pembedahan, cedera, salah urat, terkilir,
luka memar, keseleo, penyakit radang jenis rematik, rematik jaringan lunak dan
larutan injeksi: pirai fase akut.
Kontra Indikasi : alergi terhadap
Benzotriazin
Efek samping :
fotosensibilitas
9.
AsamMefenamat (parkemed kapsul, ponalar
tablet bersalut film), Asam Niflumat (Actol kapsul,krim), Asam Flufenamat
(Dignodolin salep), Etofenamat (Traumon gel, Rheumon larutan suntik i.m)
Penggunaan terapi :
·
Untuk
pemakaian luar: luka memar, terkilir, salah urat,
peradangan pada sendi, encok pada otot-otot.
·
Obat
dalam : pembengkakan dan peradangan yang disebabkan oleh
trauma, juga setelah tindakan bedah, serangan rematik akut
·
Asam mefenamat juga pada dismenorea,
demam dan masuk angin.
Kontra Indikasi : penggunaan
obat luar tidak boleh diberikan pada balita atau bayi, jangan digunakan pada
kulit yang ada perubahan eksematous atau lecet, jangan dipakai secara luas,
kehamilan dan masa menyusui.
Efek samping :
seperti NSAR yang lain, tetapi lebih sering timbul dan lebih berat, terutama
depresi sumsum tulang, efek nefrotoksik, diare berat, steatore (=> kurangi
dosis, bila masih berlanjut, hentikan!), pankrestitis, pada orang tua gejala
diare lebih sering dilaporkan.5
Dosis:
2-3x 250-500mg/hari
Obat-obat analgesik
bukan asam2
1. Parasetamol
Penggunaan terapi : nyeri
ringan-sedang, demam, terutama sebagai bentuk pemberian rektal untuk pediatri.
Kontra Indikasi :
kekurangan glukosa-6-fosfatdehidrogenase, kerusakan hati dan ginjal
Efek samping :
- jarang sekali: reaksi alergi pada kulit, alergi silang dengan salisilat,
leukopenia, neutropenia, panzitopenia, methemoglobinemia, nefropati analgesik
(pada penyalahgunaan kronis), tumor pada saluran pembuangan urin. – pada dosis
tinggi (>5-10 g), kerusakan hati yang berat dan mungkin letal, disebabkan
oleh pembentukan metabolit yang reaktif dan toksik
Dosis: Anak-anak
6-12 tahun 2-4 sendok teh atau250-500mgtiap 4-6 jam, 1-5 tahun 1-2 sendok teh
atau120mg-250mgtiap 4-6 jam. <1tahun ½-1 sendok teh atau 60mg-120mgtiap 4-6
jam. Dewasa ½ -1 gram/kali, max 4 gram/hariKeterangan: Efek samping jarang
terjad
2.
metamizol, Propifenazon
Penggunaan terapi : metamizot
nyeri kuat dan akut, nyeri pasca bedah dan nyeri tumor, demam tinggi. Propifenazon: nyeri ringan hingga
sedang, demam.
Kontra Indikasi: hipersensitivitas
terhadap prazolon, granulositopenia, gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan masa
menyusui.
Efek samping :
- keluhan gastrointestinal, intoleransi analgesik (hipersensitivitas silang
dengan salisilat). – Metamizol: syok toksik, agranulositosis dengan mortalitas
tinggi.
3. Analgesik nonopioid
tanpa efek antipiretik dan antiflogistik2
1.
Flupirtin
Penggunaan Terapi: untuk
jangka pendek pada nyeri sedang hingga kuat akibat berbagai penyebab.
Kontra Indikasi : ensefalopati
hepatik, kolestasis, Miastenia gravis (karena efek relaksasi otot), dan
anak-anak berusia dibawah enam tahun.
Efek samping :
rasa lelah, vertigo, mual, berkeringat, mulut kering, gangguan penglihatan,
jarang kenaikan konsentrasi trasaminase, dosis lebih tinggi: urin berwarna
hijau.
2.
Nefopam
Penggunaan Terapi: nyeri
dengan intensitas sedanh
Kontra Indikasi : infark
jantung, peyakit jantung koroner, takikardi, glaukoma, hipertrofi prostat,
eplepsi dan pengobatan dengan penghambat MAO
Efek samping :
komponen dengan efek antikolinergenik => mual, mulut kering, jarang
berkeringat, isomnia, setelah pemberian parenteral: peningkatan frekuensi
jantung, tekanan darah arterial, pemakaian O2 kardial, penurunan
suhu tubuh.
§ ANTI INFLAMASI
Penggunaan obat
antiinflamasi steroid dalam jangka waktu lama tidak boleh dihentikan secara
tiba-tiba, efek sampingnya cukup banyak dapat menimbulkan tukak lambung,
osteoforosis, retensi cairan dan gangguan elektrolit.
Contoh obat antiinflamasi steroid diantaranya,
hidrokortison, deksametason, metil prednisolon, kortison asetat, betametason,
triamsinolon, prednison, fluosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon
asetonid dan fluokortolon. Penyakit lain yang dapat diobati dengan anti
inflamasi diantaranya, artritis rematoid, demam rematik dan peradangan sendi.4
2. 3 DOSIS OBAT
Dosis atau
takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan
kepada seorang penderita, baik untuk obat dalam maupun obat luar.3
Ketentuan Umum FI ed.
III tentang dosis
1.
Dosis
Maksimum (DM)
Dosis
ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu hari. Penyerahan obat yang
dosisnya melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan cara membubuhkan tanda
seru dan paraf dokter penulis resep; memberi garis bawah nama obaat tersebut;
dan menuliskan banyak obat dengan huruf secara lengkap.3
2.
Dosis
Lazim
Dosis
ini merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi tidak digunakan sebagai
pedoman umum.3
Macam-macam Dosis
Selain
dosis lazim, juga dikenal macam-macam istilah dosis yang lain, yaitu :3
1. Dosis
terapi, takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan
penderita.
2. Dosis
minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat menyembuhkan dan
tidak menimbulkan resistensi pada penderita
3. Dosis
maksimum, takaran obat terbesar yang diberikan yang masig dapat menyembuhkan
dan tidak menimbulkan keracunan bagi penderita.
4. Dosis
toksik, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan keracunan pada
penderita.
5. Dosis
letalis, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan kematian pada
penderita.
Perhitungan Dosis
berdasarkan umur3
a)
Rumus
Young (untuk anak dibawah 8 tahun)
Dosis
= n (tahun) x dosis dewasa
n (tahun)+12
b)
Rumus
Fried
Dosis
= n (bulan) x dosis dewasa
150
c)
Rumus
Dilling
Dosis
= n (tahun) x dosis dewasa
20
d)
Rumus
Cowling
Dosis
= n (tahun) x dosis dewasa
24
Perhitungan dosis
berdasarkan bobot badan3
a)
Rumus
Clark (Amerika)
Dosis
= BB
x dosis dewasa
150
b)
Rumus
Thremich-Fier (Jerman)
Dosis
= BB
x dosis dewasa
70
c)
Rumus
Black (Belanda)
Dosis
= BB
x dosis dewasa
62
d)
Rumus
Juncker dan Glaubius
Dosis
= % x dosis dewasa
Perhitungan dosis berdasarkan
luas permukaan tubuh3
a)
Dari
kumpulan kuliah farmakologi UI
Dosis
= luas permukaan badan anak x dosis
dewasa
1,75
b)
Rumus
Catzel
Dosis
= luas permukaan badan anak x 100 x
dosis dewasa
Luas permukaan tubuh dewasa
2.4
PENGERTIAN
RESEP
Resep
adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan yang
diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada
apoteker, pengelola apotek untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik serta
menyerahkan obat kepada pasien.6
2.5
PENULISAN
RESEP YANG BAIK DAN BENAR
1. Nama,
alamat, dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, atau dokter hewan;
2. Tanggal
penulisan resep (inscriptio;.
3. Tanda
R/ pada bagian kri setiap penulisan resep (invocatio);
4. Nama
setiap dan komposisinya (praescriptio/ordonatio);
5. Aturan
pemakaian obat yang tertulis (signatura);
6. Tanda
tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (subscriptio);
7. Jenis
hewan serta nama dan alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan;
8. Tanda
seru dan atau paraf dokter untuk resep yang melibihi dosis maksimalnya.6
BAB
III
PENUTUP
2.3 Simpulan
dan saran
Jadi,
bermacam-macam penyakit memerlukan obat yang berbeda-beda, begitu pula dengan
obatnya selain mempunyai fungsi masing-masing obat juga mempunyai efek
sampingnya masing-masing. Banyaknya penyalahgunaan obat-obatan yang menyebabkan
berbagai macam penyakit bahkan kematian, karena pemakaian yang tidak sesuai
dengan ajuran yang di berikan tenaga medis. Oleh sebab itu, sebelum memberikan
resep kepada pasien, kita harus tahu terlebih dahulu. Apakah obat yang kita
berikan sesuai dengan indikasi atau sebaliknya. Kita juga perlu tau bagaimana
efek samping dari obat yang akan diberikan jangan sampai mempengaruhi kondisi
fisik pasien dan karena itu juga kita perlu memperhatikan bagaimana dosis obat.
Kapan kita berikan dosis maksimum atau minimum dan jangan sampai melebihi dari
yang seharusnya sehingga dapat menyebabkan kematian bagi pasien.
.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Tjay, Tan Hoan. Rahardja, Kirana. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta: Gramedia.
65-88
2.
Schmitz, Gery. 2008. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta : EGC. 226-61
3.
Syamsuni, Haji. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta:
EGC. 65-70
4.
Stringer, Janet L. 2008. Konsep Dasar Farmakologi. Jakarta: EGC.
288-96
5. Staf
Pengajar Departemen Farmakologi. 2008. Kumpulan
Kuliah Farmakologi. Jakarta: EGC.131-33
6. Syamsuni,
H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.
19-22
7. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik. 2012. Farmakologi
dan Terapi. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. 1-2, 230-46
8. Mycek,
Mark J. 2001. Farmakologi. Jakarta: Widya Medika. 406-15
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking