Donderdag 03 Maart 2016

Resep Dewasa


                                         “Resep Dewasa”            
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3



BLOK FARMACOTERPY
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013



KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang memiliki sembilan puluh sembilan Asmaul Husna dan salah satu diantaranya adalah Dia yang Maha Pengasih dan Penyayang, kami hanturkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas izin-Nya jualah kami dapat menyelesaikan Laporan Modul “Resep Dewasa”  yang sangat sederhana ini.
Laporan modul ini disusun berdasarkan batasan topik mengenai  bagaimana menuliskan resep untuk pasien sesuai dengan apa yang diderita
Akhir kata, perkenankanlah kami mengutip sebuah kata yang berbunyi “menyerang manusia dengan panah itu lebih mudah daripada menyerangnya dengan lisan, karena panah terkadang lupu dari sasarannya, sementara lisan tidak.” Oleh karena itu, mungkin dengan apa yang kami ketik tidak lepas dari lisan kami. Sehingga kami meminta maaf apabila dalam penulisan laporan ini masih banyak hal yang tidak sesuai dan tidak seperti yang diharapkan. Dengan hal ini kami sangat membutuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar kami bisa memberikan yang lebih baik lagi.

                                                                                    Makassar, 23 September 2013

                                                                                                    Kelompok III







DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................   i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii 
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii  
BAB I      PENDAHULUAN ......................................................................
BAB II    PEMBAHASAN .........................................................................
2.1 Penggolongan obat................................................................... 2
2.2 Indikasi dan KI, Efek samping dan posologi Obat................. 6
2.3 Dosis Obat............................................................................. 18
2.4 Pengertian Resep.................................................................... 20
2.5 Cara penulisan Resep............................................................. 20
BAB III   PENUTUP ................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ iv 













BAB I
PENDAHULUAN
Farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia  khususnya lewat reseptor. Dalam ilmu kedokteran senyawa tersebut disebut obat, dan lebih menekankan pengetahuan yang mendasari manfaat dan risiko penggunaan obat. Karena itu, dikatakan farmakologi merupakan seni menimbang. Tanpa pengetahuan farmakologi yang baik, seorang dokter dapat merupakan sumber bencana bagi pasien karena tidak ada obat yang aman secara murni. Hanya dengan penggunaan yang cermat, obat akan bermanfaat tanpa  efek samping tidak diinginkan yang terlalu menganggu. Efek samping obat meningkat sejalan degan jumlah obat yang diminum. Oleh karena itu, penting sekali pengetahuan obat bagi seorang dokter yang tidak diragukan.7
Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan.7
Farmakologi ialah ilmu yang mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar, dan menjembatani ilmu preklinik dan klinik. Mahasiswa yang belajar farmakologi mendapat bayangan yang lebih jelas mengenai keterkaitan antara ilmu kedokteran dasar yang telah didapat dan yang akan didapat, karena farmakologi terkait dengan hampir semua ilmu kedokteran lainnya termasuk ilmu gizi.7
Farmakologi terutama terfokus pada dua subdisiplin, yaitu farmakodinamik dan farmakokinetik. Farmakokinetik ialah apa yang dialami obat yang diberikan pada suatu makhluk, yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Farmakodinamik menyangkut pengaruh obat terhadap sel hidup, organ atau makhluk, secara keseluruhan erat berhubungan dengan fisiologi, biokimia, dan patologi.7
Oleh sebab itu penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik, efek samping obat, indikasi dan kontra indikasi suatu obat. Dan akan dibahas juga bagaimana resep yang di berikan pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
LEARNING OBJECTIVE
2.1  PENGGOLONGAN OBAT
§  ANTIBIOTIK
Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar.
Berikut ini penggolongan antibiotik, yaitu:
1.      Golongan Penisilin
Golongan penisilin bersifat bakterisidal dan bekerja untuk membunuh bakteri penyebab penyakit. Adanya nukleus asam amino penisilinat merupakan ciri khas antibiotika golongan ini. Kelompok ini masih dibagi lagi menjadi beberapa jenis yang dihubungkan dengan tingkat kerusakan terhadap enzim penisilinase maupun kekuatan spektrum anti kuman terhadap gram positif maupun negatifnya. Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin. Untuk meningkatkan ketahanan thp b-laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir & menginaktivasi b laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin + sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam.1
2.      Golongan Sefalosporin
Mirip dengan penisilin namun terbagi lagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing adalah kelompok yang paling aktif terhadap kuman gram positif namun kurang aktif terhadap gram negatif, (seperti sefalotin, sefaleksin, sefazolin, serta sefradin); kelompok yang lebih aktif terhadap gram negatif namun kurang aktif terhadap gram positif (seperti sefaklor dan sefamandol); serta kelompok paling aktif terhadap gram negatif (seperti mokasalatam, sefotaksim, dan sefoksitin).1
3.      Golongan Amfenikol
Golongan amfenikol aktif terhadap kuman gram negatif maupun positif, klamidia, mikoplasma. Salah satu jenis dari golongan antibiotik ini, yaitu kloramfenikol hanya digunakan untuk mengatasi infeksi H. influenzae dan S. typhi karena bersifat toksit terhadap sumsum tulang.1
4.      Golongan Tetrasiklin
Golongan ini meliputi tetrasiklin, metasiklin, minosiklin, demeklosiklin, klortetrasiklin, dan oksitetrasiklin. Golongan tetrasiklin masih sering dijadikan rujukan untuk mengatasi infeksi akibat klamidia, riketsia, mikoplasma meski di lapangan kerap ditemukan terjadinya kasus resistensi. Karena itu pemakaian antibiotika golongan ini makin dibatasi.1
5.      Golongan Aminoglikosida
Golongan aminoglikosida bersifat bakterisidal atau membunuh bakteri. Beberapa jenis antibiotika yang masuk dalam golongan ini diantaranya streptomisin, kanamisin, amikasin, gentamisin, neomisin, tobramisin, dan metilmisin.1
6.      Golongan Makrolida
Golongan ini sering digunakan sebagai alternatif pilihan selain penisilin. Beberapa yang masuk jenis ini diantaranya adalah rosaramisin, oleandomisin, roksitromisin, spiramisin, josamisin, eritromisin, dan trioleandomisin. Salah satu jenis ini, yaitu eritromisin banyak digunakan untuk menyembuhkan penyakit legionnaires dan infeksi pneumonia atipik.1
7.      Golongan Linkosamid
Golongan ini kadang digunakan sebagai pelengkap dalam mengatasi kuman yang tahan terhadap penisilin. Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin).1
8.      Golongan Polipeptida
Golongan polipeptida dikenal aktif terhadap bakteri gram negatif seperti pseudomonas. Golongan ini diantaranya terdiri dari polimiksin, A, B, C, D, E. Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).1
9.      Golongan antibakterium
Sesuai namanya, banyak digunakan untuk melawan bakteri mikobakterium. Diantaranya yang termasuk dalam golongan ini adalah etambutol, dapson, streptomisin, INH, dan rifampisin, yang dikenal untuk menyembuhkan TBC dan penyakit Lepra.1
10.  Golongan sulfonamida dan trimetropim
Golongan ini digunakan dalam bentuk kombinasi untuk mengatasi bakteri bronkhitis, prostatitis, salmonelosis, maupun untuk infeksi saluran kencing. Sedangkan penggunaan salah satu, seperti sulfonamida sering menimbulkan resistensi sehingga mulai ditinggalkan. Yang termasuk golongan sulfonamida diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.1
11.  Golongan kuinolon
Golongan terakhir ini merupakan golongan antibiotik sistetis yang belakangan mulai banyak digunakan untuk infeksi nosokomial, diantaranya meliputi norfloksasin, ofloksasin, asam nalidiksat, ataupun pefloksasin.1
§  ANALGETIK
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangi kesadaran. Antipiretik adalah zat-zat yang dapat mengurangisuhu tubuh. Anti inflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengurangi peradangan atau pembengkakan. Obat analgesik, antipiretik, serta obat AntiInflamasi Non Steroid merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian, obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Prototipe obat golongan ini adalah aspirin. Karena itu, banyak golongan dalam obat ini sering disebut obat mirip aspirin.2
Klasifikasi
Berdasarkan pada kekuatan efek, mekanisme kerja dan efek samping, obat-obat yang mempunyai efek analgetik dibagi dalam 3 golongan:
1.      Analgesik mirip opioid dengan efek kuat dan terutama bekerja sentral = analgesik narkotik = hipnoanalgesik.2
2.      Analgesik yang berefek lemah hingga sedang yang terutama bekerja perifer. Golongan ini mempunyai efek antipiretik dan sebagian antiflogistik atau antirematik.2
ü  Senyawa asam, yang bekerja analgetik, antipiretik dan antiflogistik. Contoh: derivat asam salisilat (Asam Asetilsalisilat), derivat asam arilasetat (Diflofenak, Indometasin), derivat asam arlipropionat (Ibuprofen).2
ü  Senyawa bukan asam, yang bekerja analgetik dan antipiretik, contoh: anilida (paracetamol), pirazolon  yang tidak asam (Metamizol).2
3.      Analgesik nonopioid tanpa efek antipiretik dan antiflogistik.2
ü  Flupirtin (Katadolon)
ü  Nefopam (Ajan)
§  ANTI INFLAMASI
Obat-obat anti inflamasi non steroid (AINS) merupakan suatu grup obat yang secara kimiawi tidak sama, yang berbeda aktivitas antipireti, analgesik dan anti-inflamasinya.8
AINS merupakan kelompok obat-obat yang bekerja dengan aktivitas menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin menjadi terganggu. AINS cocok digunakan untuk mengurangi pembengkakan, nyeri dan kekakuan sendi.4
Contoh senyawa yang termasuk dalam kelompok ini adalah4:
1.    Turunan asam salisilat, contoh: aspirin, diflusinal, sulfasalazin, olsalazin.
2.    Turunan para-aminofenol, contoh: asetaminofen 
3.    Indol dan asam indene asetat, contoh: indometasin, sulindak, etodolak 
4.    Asam heteroalil asetat, contoh: tolmetin, diklofenak, ketorolak 
5.    Asam arilpropionat, contoh: ibuprofen, naproksen, feniprofen, ketoprofen 
6.    Asam antranilat (fenamat), contoh: asam mefenamat, asam meklofenamat 
7.    Asam enolat, contoh: oksikam (piroksikam, tenoksikam), pirazolidin (fenilbutazon, oksifentatrazon)
2.2  INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI, EFEK SAMPING DAN POSOLOGI
§  ANTIBIOTIK
1.      Golongan Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jemis yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata paling aktif.1
penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel. Pensilin terdiri dari:1
·      Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
Benzil Penisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Kontra Indikasi : hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
Dosis : pada infeksi umum i.m/i.v 4-6x sehari 1-4 MU dari garam-garam long acting-nya
Fenoksimetil Penisilin
Indikasi : tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksisinfeksi pneumokokus.
Kontra Indikasi : hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral, pensilin harus diberi 1 jam sebelum makan.
Dosis Oral: Infeksi Sistemik: Anak < 12 tahun, 25-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6-8 jam; dosis maksimal 3 g/hari. Anak > 12 tahun dan dewasa: 125-500 mg setiap 6-8 jam. Profilaksis pneumococal: Anak < 5 tahun, 125 mg dua kali sehari, Anak > 5 tahun, dan dewasa, 250 mg dua kali sehari. Profilaksis demam reumatoid kambuhan: Anak < 5 tahun, 125 mg dua kali sehari, Anak > 5 tahun, dan dewasa, 250 mg dua kali sehari. Penyesuaian dosis untuk gagal ginjal: ClCr <10 mL/menit; diberikan 250 mg setiap 6 jam. Pemberian obat Oral: Diberikan dalam keadaan perut kosong untuk meningkatkan absorbsi obat.1
·      Pensilin Tahan Penisilinase
Kloksasilin dan Flukoksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Kontra Indikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral..
·      Pensilin Spectrum Luas
Ampisilin dan amoxixilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.4
Kontra Indikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.4
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
Dosis ampisilin : oral 4 dd sehari 0,5-1 g a.c, saluran kemih: 3-4 dd 0,5 g, gonore: 1x3,5 g + probenesid 1 g, tifus/paratifus: 4 dd 1-2 g selama 2 minggu. Juga rektal maupun secara i.m dan i.v
Dosis Amoksisilin : oral 3 dd 375-1.000 mg, anak-anak < 10 tahun 3 dd 10 mg/kg, 3-10 tahun 3 dd 250 mg, 1-3 tahun 3 dd 125 mg, 0-1 tahun 3 dd 10 mg. Juga diberikan secara i.v/i.m
·    Penesilin Anti Pseudomona1
Tikarsilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus spp
Piperasilin dan Sulbenisilin 
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
Kontra Indikasi dan efek samping Tikarsilin, Piperasilin dan Sulbenisilin sama dengan benzil penisilin.
2. Golongan Sefalosporin1
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosforin terbagi atas :
1)   Sefaklor, sefadroksil, Sefeksim, sefripom, Seftazidim, Seftibuten, Seftriakson, Sefaleksin, Sefotaksim, Sefpirom, Seftibuten, sefaperazon
indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
kontra indikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll
Dosis Sefaleksin: oral 4 dd 250-500 mg a.c
Dosis sefadroksil :oral 2 dd 0,5-1g a.c
Dosis sefaklos : oral 3 dd 250-500 mg a.c
2)   Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
3)   Sefodizim
Indikasi : ISPA, infeksi saluran kemih atas, dan bawah.
4)   Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
5)   Sefuroksim 
indikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N gonorrhoeae
Dosis : i.m/i.v 3 dd 0,75-1,5 g; gonore oral single dose 1000 mg
6)      Sefamandol, sefazolin, dan sefradin
indikasi : profilaksis tindakan bedah
Dosis Sefradin: oral 2 dd 500 mg a.c i.m/i.v. 4 dd 0,5-1 g
7)   Sefpodoksim 
Indikasi: infeksi saluran napas tetapi
Secara umum untuk pembagian sefalosporin kontra indikasinya sama.
2.      Golongan Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama semakin berkurang karena masalah resistensi.
Tetrasiklin, Demeklosiklin Hidroklorida, Doksisiklin, dan Oksitetrasiklin1
Indikasi: eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis klamidia, mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis, akne vulganis.
Efek samping: mual, muntah, diare, eritema.
Dosis Oksitetrasiklin : 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).

3.      Golongan Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.1
1.      Amikasin
Indikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.
Peringatan;
Efek samping lebih ringan daripada obat-obat liannya.
Dosis: i.m/i.v 15 mg/kg/hari
2.      Gentamisin, Kanamisin dan Tobramisin
Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya. Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis karena Str viridans. Atau str farcalis (bersama penisilin, pneumonia nosokomial, terapi tambahan pad meningitis karena listeria.
Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
Efek samping : gangguna vestibuler dan pendengaran, netrotoksista, hipomagnesemia pada pemberian jangka panjang colitis karena antibiotic
Dosis Gentamisin: injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse, 2-5 mg/ kg/ hari ( dalam dosis terbagai tiap 8 jam) lihat juga keterangan diatas sesuaikan dosis terbagi tiap 8 jam ) lihat juga keterangan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam plasma
3.      Neomisin Sulfat
Indikasi: Sterilisasi usus sebelum operasi lihat juga keterangan diatas
4.      Netilmisin
Indikasi: infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin.

4. Golongan  Makrolida
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin, sehingga obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakter.
1.      Eritromisin
Indikasi: sebagai alternative untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, protatitis kronik, akne vulgaris, dan rpofilaksis difetri dan pertusis.
Kontraindikasi: penyakit hati (garam estolat).
Efek samping: mual muntah, nyeri perut, diare; urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainnya; gangguan pendengaran yang reversible pernah pernah dilaorkan setelah pemberian dosis besar; ikterus kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada)
Dosis : oral 2-4 dd 250-500 mg pada saat perut kosong, untuk anak-anak  20-40 mg/ kg b.b/hari selama maksimal 7 hari.
2.      Azitromisin
Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa kompliasi.
Kontraindikasi: gangguna fungsi hati.dosis: 500 mg sekali sehari selama 3 hari
Efek samping : lihat di eritromisin; wanita hamil atau menyusui; pernah dilaporkan fotosensitivitas dan neutropenia ringan
3.      Klaritromisin
Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak; terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak duodenum.1



§  ANALGETIK
1.      Analgesik yang bekerja mirip opioid
Penggunaan Terapi: nyeri yang kuat hingga yang paling kuat, nyeri tumor, nyeri yang disertai ketakutan eksistensial.2
Kontra Indikasi
Absolut : udem otak, trauma tulang tengkorak otak, Delirium tremens, insuflsiensi pernapasan, asma bronkial, pankreatitis akut, anak-anak berusia di bawah 1 tahun
Relatif : - kolik saluran empedu, sindrom pascakolesistektomi, kolitis ulserosa; - hipovelima, terapi antihipertensi, Kor pulmonal; - penderita kejang; - kehamilan, kelahiran, masa menyusui.
Interaksi : + obat-obat yang meredakan secara sentral seperti barbiturat, fenotiazin, penghambat MAO, antidepresi trisiklik dsb. Memperkuat efek sedatif dan depresi pernapasan, + fenotiazin dan menguatkan efek penurunan tekanan darah, + amfetamin menaikkan analgesia dari morfin dan mengurangi efek sedasi dan depresi pernapasan.2
Efek samping (sentral):
1)      Efek merangsang : a) medula oblongata, analgesia dan penekanan refleks dilepaskan dengan jalan mengaktifkan, b) Pusat muntah: emetik (efek dini, perangsangan reseptor dopamin secara langsung),c) pusat okulomotor, miosis.
2)      Efek meredakan:
-       Proyeksi talamokortikal ke area asosiasi dari korteks serebri: analgesia
-       Pusat vegatatif dari medula oblongata
Ø Pusat muntah : antiemetik (efek lambat, tidak dapat dibatalkan)
Ø Pusat pernapasan: depresi pernapasan
Ø Pusat batuk: antitusif
Ø Pusat simpatik: hambatan pada kemampuan pengaktifan reflektorik
-       Sumsum tulang belakang: analgesia dan hambatan terhadap refleks untuk dilepaskan.
Efek samping (perifer)
-   Kenaikan tonus otot-otot polos
Ø lambung (kontriksi pillorus)
Ø usus (kontriksi segmental)
Ø ureter (kontriksi otot-otot kandung kemih dan Muskulus Sfingter vesika)
Ø kandung empedu (kontriksi otot-otot kandung empedu dan dari sfingter oddi)
-   Pengurangan tonus otot-otot polos pembuluh darah: bahaya kolaps ortostatik
-   Pembebasan histamin dari jaringan oleh morfin: reaksi-reaksi kulit, bronkospasmus pada penderita asma.
2. Analgesik yang terutama bekerja antiflogistik dan antipiretik2
Penggunaan terapi : Nyeri ringan hingga sedang (nyeri kepala, gigi, haid dll), Migrain, Demam dan Inflamasi nonbakterial, terutama macam-macam bentuk rematik, pada artrosis, pirai.
Obat-obat Analgesik Asam :
1.      Asam Asetilsalisilat (ASS: misalnya Aspirin)
Penggunaan terapi : Nyeri ringan hingga sedang, Demam, Peradangan, dan Penghambatan agregasi trombosit (sudah pada dosis rendah) sebagai profilaksis sekunder pada gangguan sirkulasi serebral, angina pektoris, Infark jantung.
Kontra Indikasi : flu dengan penyebab virus dan infeksi Varicella pada anak kecil serta anak muda berusia dibawah 19 tahun.
Efek samping: retensi asam urat pada pasien pirai makin kuat, alergi murni, pada overdosis: tinitus, vertigo, mual, muntah, perdarahan GI.
Dosis: Sebagai antipiresis dan analgetik Dosis : Anak-anak 15-20mg/kgBB tiap 4-6 jam,max 3,6 gram/hari Dewasa 325mg-650mg tiap 3-4 jam
2.      Diklofenak (Voltaren)
Penggunaan terapi : Penyakit sendi yang meradang, juga degeneratif, Penyakit Bechterew, Serangan pirai akut, Peradangan jaringan lunak, dan Dismenore berat
Efek samping: terkadang kerusakan hati dan ginjal yang sebagian reversible, dan gejala saraf pusat (vertigo dll)
3. Indometasin (Amuno)
Penggunaan terapi : rematik dan pirai
Efek samping: nyeri kepala bagian dahi, vertigo, gejala psikis, psikosis, parkinsonismus, epilepsi, retinopati, dan agranulositosis
4. Ibuprofen (Tabalon, Aktren)
Penggunaan terapi : nyeri akibat berbagai penyebab, peradangan, rematik, dan nyeri pada metastasis tulang (3x800 mg)
Efek samping: seperti NSAR yang lain, tetapi dalam perbandingan sedemikian ringan, sehingga untuk tablet 400 mg diharuskan memakai resep.
Dosis: Anak 30-40 mg/kgBB/hari Dewasa 4-6X 200-400 mg/hariKeterangan
5. Ketoprofen (Orudis), Naproksen (Proxen)
Penggunaan terapi : rematik, penyakit radang dan dismenorea primer.
6. Piroksikam (Felden), Meloksikam (Mobec)
Penggunaan terapi : gejala nyeri, radang, rematik pada jaringan lunak, pirai akut, reumatoid artritis, dan ankilosans spondilitis.5
Kontra Indikasi : kombinasi dengan Antikoagulan, fenltoin, Diuretik hemat kalium, litium, gangguan fungsi ginjal diabetik, pasien berusia dibawah 15 tahun, serta insufisiensi hati yang berat.
Efek samping:
-       Piroksikam : pada 20% pasien timbul keluhan gastrointerstinal, gangguan fungsi ginjal, stomatitis, alopesia, gangguan pertumbuhan kuku, fototosisitas dan alergi. Efek samping lain adalah pusing,tinnitus, nyeri kepala, dan eritem kulit.5
-       Meloksikam : stomatitis, fotosensibilisasi, sindrom Steven Johnson, eritema multiform, peningkatan nilai kreatini dan asam urat didarah dan gangguan fungsi hati.
7. fenilbutazon (Ambene), Oksifenbutazon, Mofebutason (Mofesal)
Penggunaan terapi :
·         Fenilbutazon, oksifenbutazon (=metabolit dari fenilbutason) : pirai akut, reumatik sendi kronis (serangan akut), penyakit Bechterew (=spondylarthritis ankylopoetica)
·         Mofebutazon : penyakit rematik inflamatorik degeneratif, rematik jaringan lunak, tromboflebitis permukaan.
Kontra Indikasi : tukak lambung usus, hipertensi berat, gangguan fungi hati, peyakit kelenjar tiroid, kehamilan, masa menyusui, dan anak-anak sampai usia 14 tahun.
Efek samping : agranulositosis, dengan kemungkinan kematian, retensi Natrium dan air yang cukup besar disertai peningkatan volume plasma hingga sekitar 50%, alergi hingga terjadi syok, reaksi dermatologis, Insufisiensi hati dan pankreas terutama setelah gangguan sebelumnya.
8. Azapropazon (Tolyprin)
Penggunaan terapi : nyeri peradangan atau pembengkakan setelah pembedahan, cedera, salah urat, terkilir, luka memar, keseleo, penyakit radang jenis rematik, rematik jaringan lunak dan larutan injeksi: pirai fase akut.
Kontra Indikasi : alergi terhadap Benzotriazin
Efek samping : fotosensibilitas
9. AsamMefenamat (parkemed kapsul, ponalar tablet bersalut film), Asam Niflumat (Actol kapsul,krim), Asam Flufenamat (Dignodolin salep), Etofenamat (Traumon gel, Rheumon larutan suntik i.m)
Penggunaan terapi :
·         Untuk pemakaian luar: luka memar, terkilir, salah urat, peradangan pada sendi, encok pada otot-otot.
·         Obat dalam : pembengkakan dan peradangan yang disebabkan oleh trauma, juga setelah tindakan bedah, serangan rematik akut
·         Asam mefenamat juga pada dismenorea, demam dan masuk angin.
Kontra Indikasi : penggunaan obat luar tidak boleh diberikan pada balita atau bayi, jangan digunakan pada kulit yang ada perubahan eksematous atau lecet, jangan dipakai secara luas, kehamilan dan masa menyusui.
Efek samping : seperti NSAR yang lain, tetapi lebih sering timbul dan lebih berat, terutama depresi sumsum tulang, efek nefrotoksik, diare berat, steatore (=> kurangi dosis, bila masih berlanjut, hentikan!), pankrestitis, pada orang tua gejala diare lebih sering dilaporkan.5
Dosis: 2-3x 250-500mg/hari
                        
Obat-obat analgesik bukan asam2
1.      Parasetamol
Penggunaan terapi : nyeri ringan-sedang, demam, terutama sebagai bentuk pemberian rektal untuk pediatri.
Kontra Indikasi : kekurangan glukosa-6-fosfatdehidrogenase, kerusakan hati dan ginjal
Efek samping : - jarang sekali: reaksi alergi pada kulit, alergi silang dengan salisilat, leukopenia, neutropenia, panzitopenia, methemoglobinemia, nefropati analgesik (pada penyalahgunaan kronis), tumor pada saluran pembuangan urin. – pada dosis tinggi (>5-10 g), kerusakan hati yang berat dan mungkin letal, disebabkan oleh pembentukan metabolit yang reaktif dan toksik
 Dosis: Anak-anak 6-12 tahun 2-4 sendok teh atau250-500mgtiap 4-6 jam, 1-5 tahun 1-2 sendok teh atau120mg-250mgtiap 4-6 jam. <1tahun ½-1 sendok teh atau 60mg-120mgtiap 4-6 jam. Dewasa ½ -1 gram/kali, max 4 gram/hariKeterangan: Efek samping jarang terjad
2. metamizol, Propifenazon
Penggunaan terapi : metamizot nyeri kuat dan akut, nyeri pasca bedah dan nyeri tumor, demam tinggi. Propifenazon: nyeri ringan hingga sedang, demam.
Kontra Indikasi: hipersensitivitas terhadap prazolon, granulositopenia, gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan masa menyusui.
Efek samping : - keluhan gastrointestinal, intoleransi analgesik (hipersensitivitas silang dengan salisilat). – Metamizol: syok toksik, agranulositosis dengan mortalitas tinggi.

3. Analgesik nonopioid tanpa efek antipiretik dan antiflogistik2
1.      Flupirtin
Penggunaan Terapi: untuk jangka pendek pada nyeri sedang hingga kuat akibat berbagai penyebab.
Kontra Indikasi : ensefalopati hepatik, kolestasis, Miastenia gravis (karena efek relaksasi otot), dan anak-anak berusia dibawah enam tahun.
Efek samping : rasa lelah, vertigo, mual, berkeringat, mulut kering, gangguan penglihatan, jarang kenaikan konsentrasi trasaminase, dosis lebih tinggi: urin berwarna hijau.
2.      Nefopam
Penggunaan Terapi: nyeri dengan intensitas sedanh
Kontra Indikasi : infark jantung, peyakit jantung koroner, takikardi, glaukoma, hipertrofi prostat, eplepsi dan pengobatan dengan penghambat MAO
Efek samping : komponen dengan efek antikolinergenik => mual, mulut kering, jarang berkeringat, isomnia, setelah pemberian parenteral: peningkatan frekuensi jantung, tekanan darah arterial, pemakaian O2 kardial, penurunan suhu tubuh.
§  ANTI INFLAMASI
Penggunaan obat antiinflamasi steroid dalam jangka waktu lama tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba, efek sampingnya cukup banyak dapat menimbulkan tukak lambung, osteoforosis, retensi cairan dan gangguan elektrolit. Contoh obat antiinflamasi steroid diantaranya, hidrokortison, deksametason, metil prednisolon, kortison asetat, betametason, triamsinolon, prednison, fluosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon asetonid dan fluokortolon. Penyakit lain yang dapat diobati dengan anti inflamasi diantaranya, artritis rematoid, demam rematik dan peradangan sendi.4
2. 3 DOSIS OBAT
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat dalam maupun obat luar.3
Ketentuan Umum FI ed. III tentang dosis
1.      Dosis Maksimum (DM)
Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu hari. Penyerahan obat yang dosisnya melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan cara membubuhkan tanda seru dan paraf dokter penulis resep; memberi garis bawah nama obaat tersebut; dan menuliskan banyak obat dengan huruf secara lengkap.3
2.      Dosis Lazim
Dosis ini merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi tidak digunakan sebagai pedoman umum.3
Macam-macam Dosis
Selain dosis lazim, juga dikenal macam-macam istilah dosis yang lain, yaitu :3
1.      Dosis terapi, takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan penderita.
2.      Dosis minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita
3.      Dosis maksimum, takaran obat terbesar yang diberikan yang masig dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan keracunan bagi penderita.
4.      Dosis toksik, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan keracunan pada penderita.
5.      Dosis letalis, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan kematian pada penderita.
Perhitungan Dosis berdasarkan umur3
a)      Rumus Young (untuk anak dibawah 8 tahun)
Dosis = n (tahun)      x dosis dewasa
             n (tahun)+12
b)     Rumus Fried
Dosis = n (bulan)  x dosis dewasa
                  150
c)      Rumus Dilling
Dosis = n (tahun)  x dosis dewasa
                   20
d)     Rumus Cowling
Dosis = n (tahun)  x dosis dewasa
                   24
Perhitungan dosis berdasarkan bobot badan3
a)      Rumus Clark (Amerika)
Dosis =  BB  x dosis dewasa
              150
b)     Rumus Thremich-Fier (Jerman)
Dosis =  BB  x dosis dewasa
               70
c)      Rumus Black (Belanda)
Dosis =  BB  x dosis dewasa
               62
d)     Rumus Juncker dan Glaubius
Dosis = % x dosis dewasa
Perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh3
a)      Dari kumpulan kuliah farmakologi UI
Dosis =  luas permukaan badan anak x dosis dewasa
                              1,75
b)     Rumus Catzel
Dosis =  luas permukaan badan anak      x 100 x  dosis dewasa
               Luas permukaan tubuh dewasa
2.4    PENGERTIAN RESEP
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada apoteker, pengelola apotek untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik serta menyerahkan obat kepada pasien.6
2.5    PENULISAN RESEP YANG BAIK DAN BENAR
1.      Nama, alamat, dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, atau dokter hewan;
2.      Tanggal penulisan resep (inscriptio;.
3.      Tanda R/ pada bagian kri setiap penulisan resep (invocatio);
4.      Nama setiap dan komposisinya (praescriptio/ordonatio);
5.      Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura);
6.      Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (subscriptio);
7.      Jenis hewan serta nama dan alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan;
8.      Tanda seru dan atau paraf dokter untuk resep yang melibihi dosis maksimalnya.6



BAB III
PENUTUP
2.3  Simpulan dan saran
Jadi, bermacam-macam penyakit memerlukan obat yang berbeda-beda, begitu pula dengan obatnya selain mempunyai fungsi masing-masing obat  juga mempunyai efek sampingnya masing-masing. Banyaknya penyalahgunaan obat-obatan yang menyebabkan berbagai macam penyakit bahkan kematian, karena pemakaian yang tidak sesuai dengan ajuran yang di berikan tenaga medis. Oleh sebab itu, sebelum memberikan resep kepada pasien, kita harus tahu terlebih dahulu. Apakah obat yang kita berikan sesuai dengan indikasi atau sebaliknya. Kita juga perlu tau bagaimana efek samping dari obat yang akan diberikan jangan sampai mempengaruhi kondisi fisik pasien dan karena itu juga kita perlu memperhatikan bagaimana dosis obat. Kapan kita berikan dosis maksimum atau minimum dan jangan sampai melebihi dari yang seharusnya sehingga dapat menyebabkan kematian bagi pasien.
.








DAFTAR PUSTAKA
1.      Tjay, Tan Hoan. Rahardja, Kirana. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta: Gramedia. 65-88
2.       Schmitz, Gery. 2008. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta : EGC. 226-61
3.      Syamsuni, Haji. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC. 65-70
4.      Stringer, Janet L. 2008. Konsep Dasar Farmakologi. Jakarta: EGC. 288-96
5.      Staf Pengajar Departemen Farmakologi. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: EGC.131-33
6.      Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC. 19-22
7.      Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2012. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. 1-2, 230-46
8.      Mycek, Mark J. 2001. Farmakologi.  Jakarta: Widya Medika. 406-15



Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking