Saterdag 27 Februarie 2016

ABSTRAK KU

EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN JAMBU METE (Anacardium occidentale) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Porphyromonas gingivalis SEBAGAI
PENYEBAB PENYAKIT PERIODONTAL

Yunikartika
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit periodontal yang paling sering ditemukan pada manusia adalah gingivitis dan periodontitis. Periodontitis memiliki prevalensi yang lebih tinggi, anaerob gram negatif merupakan faktor penyebab periodontitis kronis ataupun agresif. Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri anaerob gram negatif yang berada pada rongga mulut dan merupakan salah satu bakteri penyebab penyakit periodontal. Daun jambu mete mempunyai kandungan senyawa aktif yang memiliki fungsi sebagai zat antibakteri maupun antiseptik, yaitu tanin, asam anakardat, dan kardol.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak daun jambu mete (Anacardium occidentale) terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis.
Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan post-test control desain group. Metode yang digunakan sebagai uji antibakteri adalah metode difusi dengan konsentrasi ekstrak daun jambu mete antara lain 0,1%, 0,5%, 2,5%, dan 5%, dan kontrol negatif aquades serta kontrol positif klorheksidin. Sampel penelitian ini adalah Porphyromonas gingivalis yang berasal dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia. Analisis statistik yang dilakukan dengan menggunakan One Way ANOVA.
Hasil: Rata-rata diameter zona hambat untuk Porphyromonas gingivalis pada konsentrasi ekstrak daun jambu mete 0,1% sebesar 9,85 mm, 0,5% sebesar 11,15 mm, 2,5% sebesar 15,68 mm, 5% sebesar 16,15 mm, sedangkan untuk kontrol positif sebesar 15 mm dan kontrol negatif sebesar 0 mm. Pada hasil analisa statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara berbagai konsentrasi ekstrak daun jambu dalam menghambat bakteri Porphyromonas gingivalis. Ini berarti, semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun jambu mete maka semakin luas diameter zona hambat.
Kesimpulan: Ekstrak daun jambu mete sangat efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis oleh karena ekstrak daun jambu mete memiliki zona hambat yang lebih besar daripada kontrol positif (klorheksidin).  Hal ini dapat dilihat dari Uji Tukey HSD yang menunjukkan hasil yang signifikan antara ekstrak daun jambu mete dan kontrol positif (klorheksidin).


Kata kunci: Porphyromonas gingivalis, Ekstrak daun jambu mete, antibakteri

LIDAH PUTIH

“LIDAH PUTIH”




DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3





BLOK ORAL PATHOLOGY
PRODI KEDOKTERAN GIGI FK-UMI
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya Laporan Modul “Lidah Putih” penyusun dapat dibuat, meskipun dalam bentuk yang sederhana.
Laporan Modul “Lidah Putih” berisi tentang etiologi, patogonesis, perubahan morfologi dan gambaran klinis dari suatu penyakit sebagaimana dalam skenarioa mengenai lesi.
Tidak lupa juga penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen, maupun teman-teman seangkatan yang sudah memberikan motivasi dan penjelasan kepada penyusun dalam pembuatan laporan ini.
Akhir kata, perkenankanlah penyusun mengutip pepatah lama yang berbunyi “Tak ada gading yang tak retak, Tak ada mawar yang tak berduri”. Kiranya begitulah yang dapat penyusun sampaikan kehadapan khalayak pembaca. Oleh sebab itu penulis akan berupaya selalu terbuka dan seobyektif mungkin terhadap kritik dan saran yang membangun guna mempertimbangkan di masa-masa yang akan datang.

                                                                                          Makassar, 20 Mei 2013

                                                                                                             Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Lesi atau kelainan pada jaringan lunak rongga mulut seringkali didiagnosis berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis yang singkat, tetapi sering kali cara tersebut tidak tepat. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena lesi pada jaringan lunak rongga mulut mempunyai kemiripan manifestsi klinis antara satu kelainan dengan kelainan lainnya. Ketepatan kelainan klinis memerlukan proses pendeskripsian lesi yang akurat untuk mengidentifikasi penyakit pada jaringan lunak rongga mulut. Identifikasi lesi secara tepat membutuhkan pemahaman tentang anatomi jaringan lunak rongga mulut dan lesi-lesi dasar.5
Dengan mengetahui penyebab suatu penyakit (Etiologi), Mekanisme bagaimana faktor etiologi tertentu menyebabkan terjadinya penyakit (Patogenesis), Perubahan struktur yang terjadi pada sel, jaringan dan organ atau perubahan morfolgi dan gambaran klinis sehingga dapat menjadi landasan pengetahuan untuk menunjang preklinik dan klinik serta penelitian di bidang kedokteran gigi.

B.     BATASAN TOPIK
Membahas seputar lesi yang merupakan kelainan pada jaringan lunak rongga mulut seringkali didiagnosis berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis yang singkat, tetapi sering kali cara tersebut tidak tepat. Mulai dari etiologi, patogenensis, perubahan morfologi dan gambaran klinis suatu penyakit.



BAB II
PEMBAHASAN

LEARNING OBJECTIVE
1.      Defenisi Leukoplakia
Leukoplakia merupakan lesi putih yang tidak dapat dihilangkan dengan dikerok dan tidak dapat didiagnosis sebagai suatu penyakit tertentu. Leukoplakia dapat disebabkan oleh defesiensi vitamin A dan C, arus galvanik, kandidiasis, iritasi kronis, dan malnutrisi.1
Istilah leukoplakia digunakan untuk lesi putih hiperkeratosis yang tidak di ketahui penyebabnya di mukosa.2
Leukoplakia juga merupakan daerah putih tak nyeri dibagian dalam pipi, lidah, bibir bawah atau dasar mulut.3 Sedangkan menurut Kamus Kedokteran Gigi, Leukoplakia adalah penebalan membran mukosa yang berwarna putih di beberapa daerah pada rongga mulut yang tidak dapat di diagnosis baik secara histologis mapun klinis sebagai penyakit lain yang sudah dikenal. Bisa merupakan gejala kanker.4

2.      Faktor Penyebab Lesi Putih/Leukoplakia
a.       Faktor penyebab leukoplakia ini dapat timbul sendiri (idiopati)
Diaplikasikan kepada suatu keadaan yang penyebabnya tidak diketahui atau yang timbul secara spontan.5
b.      Dapat terjadi karena adanya gesekan.2
c.       Dapat disebabkan oleh faktor yaitu pertama, faktor internal (heriditer dan faktor pertumbuhan), kedua adalah faktor eksternal (bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obat-obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, mengkonsumsi rokok). Kedua kategori diatas disebut bahan-bahan karsinogen.6
d.      Leukoplakia dapat terjadi karena penggunaan tembakau yang disebabkan oleh iritasi kemikal dari zat-zat kimia hasil pembakaran tidak sempurna  yang terkandung dalam tembakau dan iritasi panas dari proses pembakaran tembakau. Penggunaan tembakau dengan cara dibakar untuk dihisap asapnya disebut juga dengan merokok. Proses pembakaran rokok menghasilkan bahan-bahan oksidan dalam jumlah yang besar. Kondisi ini menyebabkan ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan yang disebut stres oksidatif. Tingginya jumlah oksidan dan radikal bebas yang terdapat dalam rokok dapat bereaksi dengan gugus silfidril yang menyebabkan perubahan struktur dan fungsi molekul, termasuk saliva yang merupakan barier terhadap serangan senyawa-senyawa oksidan dan radikal bebas. Penurunan antioksidan dapat berakibat kepada kerusakan komponen-komponen seluler yang penting seperti membran lipid, protein dan DNA. Selain mengandung bahan oksidan rokok juga mengandung bahan-bahan karsinogen.
Bahan-bahan karsinogen antara lain benzopyrene dan okrolein.
Bahan-bahan karsinogen dapat berikatan dengan basa DNA dan menyebabkan kesalahan pembacaan informasi genetik pada DNA di replikasi sehingga menyebabkan terjadinya mutasi DNA dan dapat menimbulkan kanker, termasuk kanker pada rongga mulut.6
e.       Faktor lokal juga diduga sebagai predisposisi terjadinya leukoplakia diantaranya adalah trauma yang menyebabkan iritasi kronis misal trauma akibat gigitan tepi atau akar gigi yang tajam, iritasi dari gigi yang malpasi, kebiasaan jelek menggigit-gigit jaringan mulut, pipi, maupun lidah. Faktor lokal yang lain adalah termal, misalnya pda penggunaan bahan-bahan yang kustik mungkin diikuti oleh terjadinya leukoplakia dan perubahan kegunaan.6
f.       Defesiensi vitamin A diperkirakan dapat mengakibatkan metaplasia dan keratinisasi  dari susunan epitel, terutama epitel kelenjar dari epitel mukosa respiratorius. Beberapa ahli menyatakan bahwa leukoplakia dari intake vitamin A yang tidak cukup. Apabila kelainan tersebut parah, gambarnya mirip dengan leukoplakia.6
g.      Seperti diketahui setiap orang memungkinkan berkontak dengan karsinogen di lingkungan setiap harinya, namun pada kenyataanya tidak semua orang terkena suatu kelainan seperti leukoplakia, kemungkinan ada faktor internal yang berpengaruh. Salah satu diantara faktor internal tersebut adalah kerentanan genetik. Hal itu dapat terjadi dengan cara mempengaruhi kemampuan organisme untuk memperbaiki kerusakan DNA, mempengaruhi metabolisme prekarsinogen menjadi bentuk karsinogen yang aktif dapat merusak genome cell secara langsung. Mempengaruhi fungsi sel dalam mengubah/mengatur pertumbuhan dan proliferasi sel normal dan mengubah sistem pertahanan kekebalan tubuh sehingga tidak dapat mengenali dan menyingkirkan tumor.6
h.      Leukoplakia ini juga dapat disebabkan karena mikroorganisme:2
·         Candida albicans. Kandida leukoplakia sering timbul berupa bintik-bintik yang mengenai commisura dan memiliki kecenderungan perubahan pra keganasan yang tinggi.
·         Spilis. Spilitik leukoplakia mengenai trauma, dorsum lidah dan memiliki kecenderungan perubahan pra-keganasan yang tinggi.
·         Hairy leukoplakia adalah patognomonik infeksi HIV. Virus Epstain-Barr dapat ditemukan disini. Tidak memiliki perubahan pra-keganasan.

3.      Gejala dan Gambaran Klinis Leukoplakia
Gejala: Daerah putih tak nyeri di bagian dalam pipi, lidah, bibir bawah atau dasar mulut.6
Penderita leukoplakia tidak mengeluhkan rasa nyeri, tetapi lesi pada mulut kembali sensitif terhadap rangsangan sentuh,makanan panas dan makanan yang pedas. Lesi ini sering ditemukan pada daerah alveolar, mukosa lidah, bibir, palatum lunak dan keras, daerah dasar mulut, gingival., mukosa lipatan bukal, serta mandibular alveolar ridge. Bermaam-macam bentuk lesi dan daerah terjadinya lesi bergantung dari awal terjadinya lesi tersebut dan setiap individu akan berbeda.3
Secara klinis, lesi tampak kecil, berwarna putih, terlokalisir, berbatas jelas, dan permukaannya tampak berlipat. Bila dilakukan palpasi akan terasa keras, tebal, berfisura, halus datar atau agak menonjol. Kadang-kadang lesi ini dapat berwarna seperti mutiara putih atau kekuningan.1
Jika penyebabnya merokok, maka tanda klinisnya adalah palatum terutama palatum lunak sering terserang lesi ini. Daerah orifice yang merah dari kelenjar ludah minor palatum yang bengkak, dalam lesi putih yang tersebar luas, merupakan gambaran khas dari bercak merah dilatar belakang putih. Lesi ini jinak, tetapi karsinoma juga dapat timbul didekatnya. Kebiasaan penggunaan tembakau yang lain, mengunyah-ngunyah tembakau, mengisap-isapnya, atau mengunyah buah pinang dapat menimbulkan keratosis verukosis. Kebiasan menggunakan tembakau (bukan merokok) yang lain juga memiliki efek serupa. Biasanya kebiasaan menggunakan tembkau dapat hilang jika kebiasaan tersebut dihentikan.2
Selain hal diatas, terdapat gejala yang timbul bersama leukoplaksia seperti eritroplakia berwarna merah seperti beludru, sering menganggu, karena lebih dari 50 % adalah karsinoma sel squmosa selebihnya adalah cis.7
4.      Perjalanan Penyakit Lesi Putih
Jenis-jenis Lesi putih intraoral dan perjalanan penyakitnya: 8
No
Jenis Lesi Intraoral
Perjalanan Penyakit
1
Lichen Planus
Penyakit berlangsung lama, responsif terhadap pemberian preparat steroid topikal
2
White sponge nevus
Bernigna dan permanen
3
Leukoplakia perokok dan lesi akibat penggunaan tembakau tanpa asap
Kadang-kadang premudigna, bisa hilang spontan setelah kebiasaan yang menyebabkannya dihentikan
4
Stomatitis akibat nikotik
Bernigna biasanya hilang setelah kebiasaan merokok dengan pipa dihentikan
5
Keratosis karena gesekan (trauma)
Tindakan menghilangkan iritan akan menghasilkan kesembuhan dalam waktu 2-3 minggu
6
Kandidiasis
Memperlihatkan respons yang sangat baik terhadap terapi antifungus dan tindakan memperbaiki faktor predisposisis yang menjadi penyebab harus dilakukan kalau mungkin (tipe pseudomonas)
7
Luka bakar kimiawi
Luka akan sembuh beberapa minggu kemudian kecuali jika terinfeksi sekunder

5.      Gambaran Sel pada Leukoplakia
Pemeriksaan mikroskopik akan membantu menentukan penegakan diagnosis leukoplakia. Bila diikuti dengan pemeriksaan histopatologi dan sitologi, akan tampak adanya perubahan keratinisasi sel epitelium, terutama pada bagian superfisial. Gambaran HPA-nya antara lain: keratin tebal, hiperkeratosis, hiperparakeratosis, jarang ditemukan displasia dan atipia.1
a.       Displasia
Displasia merupakan perubahan sel dewasa kearah kemunduran dengan ciri khas variasi ukuran bentuk dan orientasi yang dapat terjadi di epitel maupun jaringan ikat.1
Displasia juga merupakan gambaran umum bentuk perkembangan jaringan yang salah, misalnya epitel displasia atau jaringan masenkim, osteosous displasia.6
Ciri khas displasia adalah hilangnya orientasi sel, sel berubah bentuk dan ukurannya, ukuran dan bentuk inti berubah, hiperkromatik dan gambaran mitosis lebih banyak  daripda normal. Contoh displasia epitel skuamosa berlapis pada serviks uteri adalah sel epitel skuamosa berlapis pada serviks menebal, disorientasi epitel skuamosa dan gambaran mitosis abnormal. Displasia tidak selalu berubah menjadi tumor ganas karena jika penyebab displasia disingkirkan, sel epitel akan menjadi normal kembali, jadi displasia bersifat tidak menetap (reversible).
Jadi displasia memiliki sel-sel bervariasi dalam ukuran, orientasi, dan bentuk.1
b.      Atipia
Perubahan morfologis dari tiap sel epitel meliputi:6
1.      Hilangnya polaritas dari sel-sel basal
2.      Meningkatnya 1 atau lebih gambaran lapisan basaloid
3.      Meningkatnya rasio nuklear dan sitoplasma
4.      Perubahan bentuk rete peg processus (drop-shaped)
5.      Ketidakteraturan lapisan/strata epithelium
6.      Peningkatan jumlah dari gambaran mitosis sel
7.      Gambaran mitosis yang abnormal
8.      Adanya gambaran mitosis pada lapisan superficial epithelium atau di ½ panjang rete peg processus
9.      Sellular dan nuklear pleomorphism
10.  Nuklear hiperkromatin
11.  Pembesaran nukleoli
12.  Hilangnya perlekatan antar sel
13.  Adanya keratinisasi 1 atau lebih selsel pada lapisan prickle layer.
c.       Hiperkeratosis
Hiperkeratosis adalah penebalan yang tidak normal dari lapisan teratur epitel (stratum korneum).1
Proses ini ditandai dengan adanya suatu peningkatan yang abnormal dari lapisan ortokeratin atau stratum korneum, dan pada tempat-tempat tertentu terlihat dengan jelas. Dengan adanya sejumlah orokeratin pada daerah permukaan yang normal maka akan menyebabkan permukaan epitel rongga mulut menjadi tidak rata, serta memudahkan terjadinya iritasi.1


6.      Gejala dan Gambaran Klinis Kandidiasis
Kandida adalah jamur komensal yang sangat sering dijumpai dalm mulut, yang bertindak sebagai patogen oportunis pada orang-orang yang berada dalam keadaan imunosupresi karena infeksi (misalnya HIV), penyakit (misalnya diabetes melitus), atau obat-obatan (antibiotik oral atau sitotoksik).9
Gambaran fisik yang terlihat berupa plak dan deposit putih yang dapat dilepaskan.9
Keadaan yang ditimbulkan mungkin displastik dan memiliki potensi perubahan pra-keganasan yang lebih tinggi daripada keratosis lain. Kandida leukoplakia biasanya hilang dengan diberikanna antijamur dan berhenti merokok.2
Gejala utama timbul adalah adanya bercak putih pada lidah dan sekitar mulut. Bercak putih ini sekilas tampak seperti kerak susu namun sulit dilepaskan dari mulut dan lidah.
Infeksi mulut oleh spesies candida biasaya memunculkan lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi muncul radang berwarna merah, nyeri, dan terasa terbakar.2
Infeksi candida albicans pada rongga mulut memperlihatkan empat bentuk yang pada masing-masing bentuk memiliki ciri atau gambaran klinis yang berbeda.
·         Tipe pseudomembranosa
Bercak-bercak berwarna putih krem yang menyerupai dadih dan memperlihatkan permukaan yang berdarah serta berwarna merah kalau dikerok, keadaan ini ditemukan pada bayi yang sakit, pasien lanjut-usia dengan kondisi yang rapuh dan mendapatkan terapi glukortikoid dosis tinggi atau antibiotik berspektrum luas, atau pada pasien-pasien AIDS.8
·         Tipe eritematosis datar
Berwarna kemerahan, kadang-kadang terdapat daerah luka, sama pada semua pasien.8
·         Leukoplakia kandida
Penebalan epitel yang berwarna putih dan tidak dapat dihilangkan sebagai akibat dari infeksi candida.8
·         Keilitis angularis
Fisura yang terasa sakit pada sudut mulut.

Perjalanan penyakit:
Memperlihatkan respons yang sangat baik terhadap terapi antifungus dan tindakan memperbaiki faktor predisposisi yang menjadi penyebab harus dilakukan kalau mungkin.8

7.      Penanganan Leukoplakia
Dalam penatalaksanaan leukoplakia yang terpenting adalah mengeliminir faktor predisposisi yang meliputi penggunaan tembakau (rokok), alkohol, memperbaiki higiene mulut, memperbaiki maloklusi dan memperbaiki hal lainnya. Pemberian vitamin B kompleks dan vitamin C dalam nutrisi erat kaitannya dengan pembentukan substansi semen intersellular yang penting untuk membangun jaringan penyangga karena fungsi vitamin C mengangkut berbagai aspek metbolisme antara lain sebagai elektron transport. Pemberian vitamin C menyangkut berbagai aspek metabolisme, antara lain sebagai elektron transport . Pemberian vitamin C dalam hubungannya dengan lesi yang sering ditemukan dalam rongga mulut adalah untuk perawatan suportif melalui regenerasi jaringan, sehingga mempercept waktu penyembuhan. Perawatan yang lebih spesifik sangat tergantung pada hasil pemeriksaan histopatologi.
Perawatan yang biasanya dilakukan dalam kasus leukoplakia adalah menghentikan sumber iritasi. Buat kebanyakan rokok dan konsumsi alkohol. Ketika tindakan ini tidak efektif lagi atau lesi leukoplakia menunjukkan tanda-tanda kanker, dokter gigi mungkin akan memilih membuang bercak leukoplakia dengan scalpel, laser atau dengan probe dingin yang bisa membekukan sekaligus mengahncurkan sel kanker. Tindakan perawatan lainnya setelah dibuang amat diperlukan karena sering terjadi kambuhan, yang dilakukan secara rutin selama tiga tahun stelah pembuangan jaringan.2
Pencegahan leukoplakia dengan berhenti merokok, berhenti mengkonsumsi alkohol, memakan buah dan sayur-sayuran segar.



INFORMASI TAMBAHAN

Lesi atau kelainan pada jaringan lunak rongga mulut seringkali didiagnosis berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis yang singkat, tetapi sering kali cara tersebut tidak tepat. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena lesi pada jaringan lunak rongga mulut mempunyai kemiripan manifestsi klinis antara satu kelainan dengan kelainan lainnya. Ketepatan kelainan klinis memerlukan prosespendeskripsian lesi yang akurat untuk mengidentifikasi penyakit pada jaringan lunak rongga mulut. Identifikasi lesi secara tepat membutuhkan pemahaman tentang anatomi jaringan lunak rongga mulut dan lesi-lesi dasar.5

Pembagian Lesi Putih Intraoral2
1.      Lichen Planus
Etiologi: Obat, penyakit host vs graft, gangguan hati (mungkin).
Tanda-tanda klinis: sering berupa lesi putih striae putih. Lesi mulut kadang-kadang hiperpihmentasi. Bercak merah: pruritik, poligonal, papula keunguan yang sangat dominan pada permukaan fleksor pergelangan tanga jarang pada wajah.
2.      Kandidosis
Thrush
Etiologi kandidosis akut sering mengenai bayi. Disebabkan gangguan ekologi akibat penggunaan antibiotik, kortikosteroid atau xerostomia. Cacat kekebalan misal, AIDS, perawatan Immunosupresi, leukimia dan limpoma serta diabetes.
Tanda-tanda klinis: plak putih atau krem dapat dihapus, meninggalkan dasar merah.
Kandidosis mukokutaneus kronis
Etiologi: kadang-kadang berupa cacat kekebalan atau genetik.
Tanda-tanda klinis: mulut-leukoplakiayang tersebar, sulit dihilangkan. Kutaneus-kandidosis kuku dan kulit, disertai endokrinopati turunan, kekurangan zat besi atau timoma.
Kandidosis leukoplakia (tipe terbatas)
Etiologi: tidak jelas, merokok merupakan faktor predisposisi
Tanda-tanda klinis: Leukoplakia umumnya ditemukan pada commisura, berupa bintik-bintik. Memiliki perubahan pra-keganasan yang lebih tinggi daripad leukoplakia lain.
3.      Luka bakar kimia
Etiologi: berbagai bahan kimia atau obat, terutama aspirin yang diletakkan di sulkus untuk mencoba meredakan sakit gigi.
Tanda-tanda klinis: Lesi putih dengan lapisan mukosa yang terlokalisir, biasanya di sulkus bukal dan di dekat mukosa bukal, atau seringkali di sepanjang gigi karies.
4.      Check biting
Etiologi: kepribadian mudah cemas atau neurosis
Tanda-tanda klinis: abrasi epithelium superfisial, yang meninggalkan frkmen keputihan dengan latar belakang kemerahan. Lesi umumnya terbatas pada mukosa labial bawah dan/atau mukosa bukal di dekat garis oklusi.
5.      Keratosis
Etiologi: penyebab leukoplakia dan keratosis lain:
·         Idiopati -  sebagian besar kasus.
·         Gesekan atau trauma
·         Tembakau-merokok dengan pipa dapat menimbulkan stomatitis nikotina pada palatum. Penggunaan tembakau dengan cara lain selain merokok atau kebiasaan mengunyah pinang dapat menimbulkan keratosis, biasanya pada sulkus bukal.
·         Mikroorganisme
a.      Candida albicans. Kandida leukoplakia sering timbul berupa bintik-bintik yang mengenai commisura dan memiliki kecenderungan perubahan pra keganasan yang tinggi.
b.      Spilis. Spilitik leukoplakia mengenai trauma, dorsum lidah dan memiliki kecenderungan perubahan pra-keganasan yang tinggi.
c.       Hairy leukoplakia adalah patognomonik infeksi HIV. Virus Epstain-Barr dapat ditemukan disini. Tidak memiliki perubahan pra-keganasan.
Tanda-tanda klinis: sebagian besar keratosisbersifat jinak, tetapi 1-3% diantaranya, pra-keganasan. Keratosis pada daerah atau dengan bentuk tertentu memiliki potensi pra-keganasan yang lebih tinggi, tetapi displasia epitelial mikroskopis, lebih merupakan tanda pra-keganasan yang tepat.
Daerah: sebagian besar mengenai mukosa bukal.
6.      White Sponge naevus
Etiologi: genetik-autosomal dominan, tetapi riwayat keturunan mungkin negatif.
Tanda-tanda klinis: lesi mulut sangat dominan; tidak sakit, tersebar luas, lesi putih bilateral dengan permukaan yang berlubang-lubang atau keriput. Mengenai mukosa bukal, tetapi kadang-kadang juga mengenai lidah, dasar mulut, atau daerah atau mukosa lain: faring, oesophagus, hidung, genital, anus.

Lesi Pigmentasi Intraoral
Pembagian Lesi pigmentasi intraoral2
1.    Skleroderma
2.    Hereditary haemorrhagic
3.    Telangiectasia
4.    Haemangioma
5.    Sindrom Sturge-Weber
6.    Lesi radiasi
7.    Stomatitis karena gigi tiruan
8.    Kandidosis eritematus
9.    Eritroplasia
10.  Kaposi sarkoma
11.  Purpura
12.  Pigmentasi rasial
13.  Sindrom Peutz-Jegher
14.  Penyakit Addison
15.  Hiperpigmentasi karena obat
16.  Amalgam tattoo
17.  Pigmentasi naevi
18.  Melanoma ganas





BAB III
KESIMPULAN

Leukoplakia merupakan lesi putih yang tidak dapat dihilangkan dengan dikerok dan tidak dapat didiagnosis sebagai suatu penyakit tertentu. Sedangkan Kandida merupakan jamur komensal yang sangat sering dijumpai dalm mulut, yang bertindak sebagi patogen oportunis pada orang-orang yang berada dalam keadaan imunosupresi karena infeksi (misalnya HIV), penyakit (misalnya diabetes melitus), atau obat-obatan (antibiotik oral atau sitotoksik).
Kandida dan Leukoplakia memiliki gambaran fisik yang hampir sama yaitu berupa plak dan deposit putih. Namun pada kandida dapat dilepaskan sedangkan pada leukoplakia tidak dapat dihilangkan dengan dikerok.
Leukoplakia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: gesekan/trauma, faktor internal (heriditer dan faktor pertumbuhan), faktor eksternal (bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obat-obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, mengkonsumsi rokok).
Biasanya pasien yang mengalami leukoplakia adalah pria diatas 40 tahun. Berkaitan dengan merokok, AIDS, alkoholisme dan mengunyah tembakau.

Sedangkan Lesi atau kelainan pada jaringan lunak rongga mulut seringkali didiagnosis berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis yang singkat, tetapi sering kali cara tersebut tidak tepat. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena lesi pada jaringan lunak rongga mulut mempunyai kemiripan manifestsi klinis antara satu kelainan dengan kelainan lainnya.
Macam-macam lesi putih intraoral: Lichen pianus, kandidosis, luka bakar kimia, check biting, keratosis, karsinoma, white sponge naevus, fibrosis submukosa mulut.
Sedangkan untuk lesi pigmentasi intraoral, antara lain: Skleroderma, Hereditary haemorrhagic, Telangiectasia, Haemangioma, Sindrom Sturge-Weber, Lesi radiasi, Stomatitis karena gigi tiruan, Kandidosis eritematus, Eritroplasia, Kaposi sarkoma, Purpura, Pigmentasi rasial, Sindrom Peutz-Jegher, Penyakit Addison, Hiperpigmentasi karena obat, Amalgam tattoo, Pigmentasi naevi, dan Melanoma ganas.






DAFTAR PUSTAKA

1.       Sudiono, Janti., Budi Kurniadhi., Andhy Hendrawan., Bing Djimantoro. 2003. Ilmu Patologi. Jakarta: EGC. 134-135
2.      Scully, C dan R.A Cawson. 1991. Atlas Bantu Kedokteran Gigi: Penyakit Mulut. Jakarta: Hipokrates. 58-69
3.      Swartz, Mark H. 1997. Intisari Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC. 185
4.      Harty, F.J. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC. 182
5.      Syafriadi,Mei. 2008. Patologi Mulut Neoplastik dan Non Neoplastik Rongga Mulut. Yogyakarta: Penerbit ANDI. 16-18, 84-85,94
6.      Swart, Mark H. 1995. Buku Ajar diagnostik Fisik. Jakarta: EGC. 151-152
7.      Lawler, William. 1992. Buku Pintar Patologi untuk Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC. 81-82
8.      Isselbacher, Kurt J. Dkk. 1999. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. 237
9.      Davey, Patrick. 2005. Medicine at a Glance. Jakarta: Erlangga. 208