Donderdag 03 Maart 2016

PSIKOLOGI DALAM KEDOKTERAN GIGI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu yaitu suatu proses yang menuju kedepan dan tidak dapat diulang kembali, dalam perkembangan manusia terjadi perubahan yang sedikit demi sedikit bersifat tetap dan tidak dapat diulang kembali. Setiap perkembangan itu mempunyai perilaku karakteristik masing-masing, kemudian dalam perjalanannya perkembangan pada manusia itu dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari diri sendiri maupun faktor dari luar dan lingkungan sosial. Dimana setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kematangan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada (Hurlock, 1996 : 439)

1.2  Batasan topik
Pada laporan ini membahas tentang perkembangan lansia (lanjut usia), mulai dari pengertian lansia, klasifikasi lansia, kondisi psikologis lansia, gangguan-gangguan yang terjadi pada usia lanjut baik itu seperti demensia, depresi, paranoid dan beberapa gangguan lainnya. Perlu di ketahui juga, bagi seorang dokter gigi ada hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai usia lanjut ini yaitu mengenai bagaimana cara penanganan dan pendekatan dokter gigi ada pasien yang telah lanjut usia. Selanjutnya juga mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang baik kepada pasien yang telah lanjut usia. Oleh karena itu, lansia perlu penanganan yang berbeda dibandingkan usia-usia muda maupun anak-anak karena lansia sangat sulit ditangani daripada usia muda atau anak-anak, sehingga dokter gigi perlu mengetahui bagaimana menangani pasien telah lansia.
1.3  Learning Objective
1.      Klasifikasi Lansia
2.      Kondisi psikologis lansia
3.      Gangguan-gangguan pada lansia
4.      Cara penanganan dan pendekatan dokter kepada pasien lansia
5.      Komunikasi yang baik antar dokter dan pasien lansia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN  DAN KLASIFIKASI LANSIA
1)      Definisi lanjut usia
Gerontologi adalah suatu pendekatan ilmiah dari berbagai aspek proses penuaan yaitu biologis, psikologis, sosial, ekonomi, kesehatan lingkungan, dan lain-lain. (Depkes RI, 2000).1
Menurut Miller, gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lansia.1
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penyakit yang timbul pada lansia. Tujuan pelayanan geriatri adalah sebagai berikut: mempertahankan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan, memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan aktivitas mental yang mendukung, melakukan diagnosis dini secara tepat dan memadai, melakukan pengobatan yang tepat, memelihara kemandirian secara maksimal, tepat memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir hayatnya agar kematiaanya berlangsung dengan tepat. Lansia (Lanjut Usia) atau manusia usia lanjut (Manula) adalah kelompok penduduk berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri ini adalah populasi perumur 60 tahun atau lebih.1
Berdasarkan definisi secara umum, seorang dikatakan lansia apabia usianya 65 tahun ke atas (setianto, 2004). Lansia bukan suatu penyakit, merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Pujastuti, 2003). Sedangkan menurut Hawari, lansia adalah keadaan yang di tandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.2
2)      Klasifikasi lanjut usia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia:1
1.    Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2.    Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3.    Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4.    Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
5.    Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.1
Berikut ini adalah batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur dari pendapat berbagai ahli yang dikutip dari Nugroho (2000) :1,2
*   Menurut  UU No.13 tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai 60 tahun ke atas”.
*   Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah usia perkembangan (middle age) 45-59 tahun,lansia (eidlerly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun,  dan lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
*   Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (alm), guru besar fakultas kedokteran Universitas Gaja Mada membagi priode biologis perkembangan manusia yang dianggap lansia sebagai prasenium (40-65) dan senium tau lansia (65 tahun keatas).
*    Menurut Prof. Dr. Koesoemanto, SpKJ, individu lansia adalah yang berusia lebih dari 65/70 tahun.
*   Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog Universitas Indonesia) mengatakan bahwa lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian :
1.      Fase iuventus (25-40 tahun)
2.      Fase verilitas (40-50 tahun)
3.      Fase prasenium (55-65 tahun)
4.      Fase senium ( 65 tahun hingga tutup usia).
*   Hurlock (1979) membedakan lansia dalam dua tahap yakni early old age (60-70 tahun) dan advanced old age ( >70 tahun).
*   Menurut Burnside (1979) tahapan lansia meliputi:
1.      Young old (60-69 tahun)
2.      Middle age old (70-79 tahun)
3.      Old-old ( 80-89 tahun)
4.      Very old-old (>90 tahun).
Dilihat dari perubahan psikologis yang terjadi :
1.         Early adulthood (40-60 tahun)
Para ahli sepakat perkembangan mental individu pada umumnya mencapai kesempurnaan dalam usia 20 tahun, dan pada mas priode ini adalah priode yang paling ditakutkan oleh orang-orang yang lebih mudah darinya.
2.         Midle adulthood ( 40-60 tahun)
·      Merasa tidak bahagia
·      Bosan dengan situasi saat ini dan ingin kembali kemasa lampau.
·      Marah terhadap pasangan mereka dan merasa bersalah.
·      Meragukan cinta pasangan dan merasa jengkel dengan perkawinannya.
3.         Late adulthood (60 tahun keatas) early late dan old-old)
·       Kesepian
·       Isolasi sosial
·       Kehilangan
·       Kemiskinan
·       Perasaan ditolak
·       Perjuangan menemukan makna hidup
·       Kebergantungan
·       Perasaan tak berguna
·       Tak berdaya dan putus asa
·       Ketakutan terhadap kematian
·       Sedih karena kematian orang lain.
·       Depresi
·       Penyesalan mengenai hal-hal yang lampau
Bila dilihat dari pembagian umur menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut lansia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas. Namun, di Indonesia batasan lanjut usia adalah usia 60 tahun ke atas.
Sedangkan menurut pandangan islam itu sendiri sebagaimana dalam hadis di katakan bahwa “ masa penuaan umur umatku adalah enam puluh tahun hingga tujuh puluh tahun” (H.R Muslim dan Nas’i).
Mengenai perubahan lansia  telah disebutkan dalam dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
 “Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS An-Nahl: 70)

2.2 KONDISI PSIKOLOGIS LANSIA
Beberapa aspek yang dikenal dalam psikologis yang berhubungan dengan kondisi lansia antara lain.
a.    Teori  Kebutuhan  Manusia
Hal yang terkenal adalah hierarki kebutuhan (menurut Maslow, 1945), hirarki kebutuhan berturut-turut dari tingkat rendah ketingkat tinggi terdiri atas kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan. Disini berlaku prioritas pemenuhan kebutuhan menurut tingkatan.1
b.    Teori  Keberlangsungan Hidup dan Perkembangan Kepribadian
Menurut teori ini keberlangsungan hidup seseorang terbagi dalam beberapa  tahap dan orang bergerak melewati tingkat “tersebut menurut  pola tertentu, dimana kesuksesan pada tahap yang satu menentukan kesuksesan pada berikutnya. Selanjutnya tentang perkembang kepribadian masih dipertanyakan apakah kepribadian seseorang berubah” ataukah tetap sama disepanjang hidupnya terdapat para ahli yang berpandangan bahwa kepribadian seseorang tetap stabil  dan menurut mereka terdapat 4 tipe dasar kepribadian yaitu:tipe integrasi ( matang ), tipe bertahan, tipe bergantung  atau pasif dan tipe tak terintegrasi.1
ü  tipe pertama mampu menyesuaikan diri secara positif dengan proses penuaan
ü  tipe kedua ingin tetap berada pada polanya semasa diusia pertengahan atau bahkan mengisolasi diri
ü  tipe ketiga memperlihatkan sangat bergantung pada orang lain lapatis biasa isebut tipe kursi goyang
ü  tipe keempat ( tidak banyak terdapat ) termasuk mereka yang memiliki kelainan jiwa kebanyakan perilakunya aneh danbiasanyatidak dapat menyesuaika diri dengan kehidupan sehari‑hari


Usia lanjut merupakan suatu periode kehidupan yang ditandai dengan perubahan atau penurunan fungsi tubuh, yang awal mulainya berbeda-beda untuk setiap individu. Memasuki usia lanjut biasanya di dahului oleh penyakit kronik, berhentinya aktivitas serta pengalihan energi dan kemampuan ke peran baru dalam keluarga.3
Memasuki usia lanjut juga secara kejiwaan individu berpotensi untuk mengalami perubahan sifat seperti bersifat kaku dalam berbagai hal, kehilangan minat, tidak memiliki keinginan tertentu maupun kegemaran yang sebelumnya pernah ada. Jadi dapat terjadi kemunduran dari aspek psikososial, kemunduran kognitif serta kemunduran dari aspek psikososial. Kemunduran kognitif antara lain berupa berkurangnya ingatan, di kaitkan dengan kemunduran fungsi-fungsi pusat ingatan pada lobus frontalis dan lobus lainnya di otak besar (serebrum).4
Pada usia lanjut, terjadi penurunan kondisi fisik/biologis, kondisi psikologis, serta perubahan kondisi sosial. Para usia lanjut, bahkan juga masyarakat menganggap seakan-akan tugas-tugasnya sudah selesai, mereka berhenti bekerja dan semakin mengundurkan diri dari pergaulan bermasyarakat yang merupakan salah satu ciri fase ini.1
Tinjauan psikologis dalam gerontologi, yaitu yang meliputi mekanisme kejiwaan serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Dalam literatur psikologi, dikenal adanya mekanisme kejiwaan koping, yaitu mekanisme tubuh kita dalam menyesuaikan diri terhadap adanya perubahan. Terkait dengan hal ini, akan timbul reaksi yang dibedakan dalam tiga tahap sebagai berikut.1
Tahap alarm berfungsi untuk menggerakkan mekanisme tubuh dan perlindungan terhadap stresor. Tahap kedua adalah tahap resistensi, yaitu respons adaptasi dari stresor terhadap akibat dan perubahan daya tahan. Sedangkan tahap ketiga tahap exhaustion (kelelahan) atau tahap treshoid, dimana setelah tubuh beradaptasi atau ketika intervensi berhasil, stresor kemungkinan akan hilang (Deborah, 1995).1
Pada setiap stresor, seorang akan mengalami kecemasan, baik kecemasan ringan,sedang, maupun berat. Usia lanjut dalam pengalaman hidupnya tentu diwarnai oleh masalah psikologi berupa kehilangan dan kecemasan.1
Sama seperti setiap periode lainnya dalam rentang kehidupan seseorang, usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan sampai sejauh tertentu, apakah pria atau wanita usia lanjut akan melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk. Akan tetapi, ciri-ciri usia lanjut cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri yang buruk daripada yang baik.5
Dilihat dari lingkungan prespektif dalam usia lanjut, sering dihubungkan dengan emotional-mental genotology. Yang menggambarkan ide-ide dari priode usia lanjud, dari perkembangan dewasanya yang sangat mempengaruhi dan membentuk lingkungan hidup. Karena usia lanjut sering kehilangan visi, mobilitas dan kemampuan kognitif yang pernah mereka miliki.6
“Roles, 1983” (tempat merupakan sebuah pemandangan dari memori yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dari sebuah identitas”.6
“Roles & walkins, 2003) sebagai contoh, orang-orang sering merasakan resiko memiliki kegagalan, kehilangan rumah (lansia) ini berhubungan erat dengan resiko kehilangan bagian-bagian dari diri mereka sendiri dan karakter mereka.6
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam bidang kedokteran ikut andil dalam meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata usia harapan hidup bangsa indonesia makin meningkat.
Pada dasarnya proses menua ditandai dengan berbagai perubahan :7
a)         Perubahan perilaku dan masalah psikologis karena kehilangan pasangan hidup, ditinggal anak yang telah menikah, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran, adanya penyakit kronis atau degeneratif, mobilitas terbatas, kesepian, dan penghasilan berkurang.7

b)        Perubahan organ
Lansia tidak perlu menarik diri tetapi harus berkomunikasi dengan orang lain. Lansia dapat melakukan berbagai kegiatan sesuai kondisinya. Pandangna tentang kemunduran lansi hingga harus menarik diri dari semua kegiatan harus diubah. Pandangan tersebut akan mempengaruhi lansia yang kemudian dirinya betul-betul mundur. Dengan aktivitas lansia dapat memiliki perasaan berguna bagi diri dan keluarga  dan memberi kesibukan berarti. Bahkan tidak melakukan kegiatan lansia akan merasa tidak berguna, kurang bersemangat, menjadi pendiam dan pemurung serta tidak besemangat untuk hidup.7
Adapun masalah-masalah yang di alami oleh lansia yaitu :1
o  Kondisi fisik lemah dan tak berdaya, sehingga bergantung pada orang lain.
o  Status ekonominya terancam, sehingga cukup beralasan untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.
o  Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dengan perubahan fisik.
o  Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah.
o  Belajar memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa.
o  Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk orang dewasa.
o  Mencari teman baru untuk menggantikan suami/istri yang telah meninggal atau pergi jauh/cacat.
Dalam islam penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu. Para lansia memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, khususnya di sisi mereka adalah harta dari ilmu dan pengalaman serta informasi dan pemikiran. Oleh karena itu, mereka harus dihormati, di cintai dan diperhatikan.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
hormatilah orang yang lebih tua dari kalian dan cintai serta kasihilah orang yang lebih muda dari kalian”
2.3 GANGGUAN PSIKOLOGIS LANSIA
Masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia meliputi:
1.         Kecemasan, hasil interaksi yang kompleks antara berbagai bagian kepribadian. Cemas adalah perasaan difus, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang terjadi. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong diperut, sesak jantung, nyeri kepala atau rasa mau buang air kecil dan buang air besar, di sertai rasa ingin bergerak dan gelisah. Gangguan cemas cenderung menimbulkan kebingungan disertai distorsi persepsi dan gangguan orientasi. Distorsi ini akan mengganggu kemampuan memusatkan perhatian dan kemampuan asosiatif. Kecemasan pasien perlu dipertimbangkan karena tidak hanya mempengaruhi pasien, namun juga dokter gigi karena berpengaruh pada perawatan gigi.3
2.         Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang paling sering didapatkan atau ditemui pada lansia.1
3.         Insomnia, kebiasaan atau pola tidur lansia dapat berubah, yang terkadang dapat mengganggu kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal serumah. Perubahan pola tidur dapat berupa tidak bisa tidur sepanjang malam dan sering terbangun pada malam hari, sehingga lansia melakukan kegiatannya pada malam hari. Bila hal ini terjadi, carilah penyebab dan jalan keluar sebaik-baiknya.1
4.         Paranoid, lansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka, membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya. Bila kondisi ini berlangsung lama dan tidak ada dasarnya, hal ini merupakan kondisi yang disebut paranoid.1
5.         Delusi, kondisi dimana adanya keyakinan kuat terhadap isi pikiran yang sebenarnya salah tetapi tidak dapat dikoreksi melalui bukti-bukti  yang ada. Onset usia gangguan delusi adalah 40-45 tahun tetapi dapat terjadi kapan saja.8
6.         Amnesia, suatu gangguan daya ingat yang ditandai adanya gangguan kemampuan dalam mempelajari hal-hal baru yang telha dipelajari sebelumnya diingat sehingga tidak menimbulkan hambatan fungsi sosial dan pekerjaan.8
7.         Demensia senilis merupakan gangguan mental yang berlangsung progresif, lambat, dan serius yang disebabkan oleh kerusakan organik jaringan otak.1
Gangguan psikologi seorang lansia sering kali dikarenakan adanya penurunan berbagai fungsi tubuh serta penyakit yang ia derita.
·           Kehilangan pendengaran dan mendengarkan suatu penjelasan atau pengertian.
“Schneider, daneman dan pichora-fuller, 2002” memiliki pendapat bahwa banyak hal yang tidak dapat dimengerti mengenai umur dengan bahasa serta percakapan yang erat kaitannya dengan tingkat pendengaran yang merupakan tingkat tertinggi dari proses pembahasaan.9
Sehingga pada usia lanjut kesalahpahaman mengenai suatu hal sering terjadi. Sehingga membuat lansia merasa terkucilkan, tidak dipahami dan tidak disayangi.
·           Kemunduran daya ingat sering terjadi karena lansia tersebut tidak berusaha mengingat untuk mengingat sedang dalam keadaan lelah, tidak ada dorongan dan alasan (motivasi) untuk mengingat, tidak dapat memusatkan perhatian dan hal yang harus diingat tidak sering digunakan atau diperlukan.10
·           Gangguan penuaan
Keadaan penuan yang sering menyertai lansia ialah gangguan penglihatan, gangguan fungsi kognitif, gangguan keseimbangan, dan lain-lain.10
·           Gangguan dan penurunan fungsi tubuh pada lansia sebagai berikut :10
a)         Perubahan kapasitas mental.
b)        Penutupan horman pituitari.
c)         Gangguan pendengaran.
d)        Berkurangnya lapangan pandang.
e)         Penyakit paru
f)         Berkurangnya nafsu makan
g)        Pengurangan volume darah
h)        Batu empedu
i)          Penurunan fungsi metabolisme
j)          Peningkatan deposit lemak
k)        Penurunan fungsi penyahan akibat kehilangan gigi.10
Ada sejumlah tanda-tanda bahaya psikologis pada orang usia lanjut. Meskipun juga bisa terjadi pada tingkat usia yang lain, seperti halnya bahaya fisik, bahaya psikologis tidak hanya lebih sering terjadi pada usia lanjut daripada usia muda tetapi dampaknya pada penyesuaian pribadi dan sosial lebih besar.
Dibawah ini merupakan bahaya yang paling bersifat umum dan paling serius.5
a.       Orang usia lanjut menerima pendapat klise tentang kebudayaan
Lansia menerima kepercayaan tradisional dan pendapat klise tentang kebudayaan dari suatu usia. Hal ini dianggap sebagai bahaya karena pendapat tersebut mendorong orang usia lanjut untuk merasa tidak enak dan rendah mutunya. Akibatnya lebih buruk lagi, karena mereka cenderung kehilangan motivasi untuk mengerjakan tentang apa yang sesungguhnya mampu mereka kerjakan.
b.      Pengaruh Perubahan Fisik pada Usia Lanjut.
Bahaya psikologis yang kedua bagi orang usia lanjut dalah perasaan rendah diri dan tidak enak yang datang bersama dengan perubahan fisik. Hilangnya daya tarik dan penampilan seksual yang tepat mungkin mengakibatkan pria atau wanita merasa ditolak oleh kelompok sosial. Banyak orang usia lanjut yang mengalami kesulitan bicara karena giginya ompong atau gigi palsunya tidak cocok lagi. Ini juga merupakan suatu bukti yang dapat menghambat komunikasi dan hubungan sosial.
c.       Perubahan dalam pola kehidupan.
Orang usia lanjut perlu menetapkan pola hidup yang berbeda dengan keadaan masa lalu dan cocok dengan kondisi usia lanjut.
Dalam hal ini streib menjelaskan mengapa pelepasan harta milik dan rumah yang mereka hargai menimbulkan traumatik bagi sebagian besar orang usia lanjut.
d.      Kecenderungan untuk ‘Tidur’ secara mental.
Bahaya psikologis yang keempat adalah kecurigaan atau realisasi bahwa penurunan mental sudah mulai terjadi.
e.       Merasa Bersalah karena Menganggur.
Perasaan bersalah karena mereka tidak bekerja sedang orang lain masih bekerja.
f.       Berkurangnya pendapatan.
g.      Pelepasan kegiatan sosial.5

Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk dalam masalah kesehatan yang dibahas pada psikogeriatri, ada empat ciri yang dikategorikan sebagai kasus atau gangguan geriatri (lanjut usia), yaitu:11
1.    Ketrerbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkat usianya.
2.    Adanya akumulasi dari penyakit-pemyakit degeneratif
3.    Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila:
-          Ketergantungan pada orang lain 
-          mengisolasi diri atau menarik diri dengan kegiatan kemasyarakatan  karena berbagai sebab, diantaranya setelah menjadi pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematianpasangan hidup dll.
4.    Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostatis) sehingga membawa lansia kearah atau kemerosotan (kerusakan) yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik,depresif,apatis dan sebagainya.hal itu biasanya muncul dari sumber stresor psikososial yang pqling berat, misalnya kematian pasangan hidup kematian sanak keluaraga dekat terpakasa berurusan dengan penegak hukum, atau trauma psikis. Beberapa faktor sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia: 
-          Faktor penurunan kondisi fisik, umumnya masa lansia mulai mengalami penurunan kondisi fisik yang bersifat patologis ganda (multiple patologi). Misalnya tenanga kurang, energi menurun, kulit mulai keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, pendengaran berkurangdan sebgainya. 
-          faktor terjadinya penurunan fungsi dan potensi seksual. Ini sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti: gangguan jantung, gangguan metabolisme (misal diabetes militus) dan vaginitis.
Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fisik, psikologis maupun sosial. Yang selanjutnya dapat menyebabkan ketergantungan kepada orang lain.11
2.4 CARA PENANGANAN DAN PENDEKATAN DOKTER-LANSIA
Penanganan dan pendekatan menggunakan strategi pengajaran pada lansia .pembelajaran pada lansia ini dapat ipengaruhi oleh beberapa faktor sosiologis dan psikologis  seperti pension,perekonomian dan status mental.
Penanganan atau tindakan yang harus dilakukan perawat atau pemberi asuhan adalah:
1)      Memberi kesempatan untuk melakukan apa saja yang disenangi lansia asal tidak membahayakan dirinya.
2)      Menerima hasil kerja mereka apa adanya dan hindarkan sikap mencela.
3)      Berkomunikasi atau berbicara kepada mereka dengan lembut, bila hasilnya kurang memuaskan.7
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut:1
Ø  Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)
Ø  Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
Ø  Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
Ø  Lansia turut memilih kebijakan (choice)
Ø  Memberikan perawatan di rumah (home care).1
Dokter pun dapat mengubah cara mendekati lansia yang sehat maupun yang sakit.melalui Konseling,pengajaran dan membentuk hubungan terapis.12
ü saat bekerja dengan lansia, membicarakan kenangan merupakan pendekatan menguntungkan yang dapat digunakan untuk membentuk hubungan terapeutik.
ü ajak berbicara lansia tentang pengalaman mereka-perkawinan,anak,cucu,dan pekerjaan dulu bagaimana.
ü untuk mengimbangi perubahan penglihatan ,dokter harus melakukan pengajaran dalam lingkungan yang terang tetapi tidakmenyitaukan.
ü untuk mengimbangi hilangnya pendengaran.hilangnya kebisingan yang tak ada hubungannya.
ü untuk mengimbangi masalah otot rangka,penurunan efisiensi sistem kardiovaskuler dan penurunan fungsi ginjal,lakukan sesi pengajaran yang singkat.
ü untuk mengimbangi penurunan fungsi saraf pusat lalu metabolism luangkan lebih banyak waktu untuk member  dan menerima informasi.
ü waspada terhadap efek obat-obatan dan tingkat energy pada konsentrasi.
ü pastikan untuk menanyakan apa yang sudah diketahui orang itu tentang permasalahan atau tidak perawatan kesehatan sebelum menjelaskan.
ü meyakinkan lansia tentang kegunaan dari apa yang sedang anda ajarkan hanyalah setengah ari perjuangan untuk memotifasi mereka.
ü jaga agar sesi pengajaran tetap singkat karena rentang perhatian yang memendek memelukan penjadwalan serangkaian sesi.12


Kunci keberhasilan dari pemberian pengobatan dan perawatan gigi terhadap lansia adalah kemampuan komunikasi yang sangat baik terhadap lansia. Ada beberapa hal yang perlu diketahui dokter gigi dalam menangani pasien lansia.13
1.      Komukasi : komunikasi baik verbal atau nonverbal harus dikuasai seorang dokter gigi untuk mengambali simpati pasien lansia.13
2.      Menghindari penalaran yang bersifat emosional
Ketika menghadapi pasien lansia terkadang keselarasan bicara sangat rentang untuk terjadi kesalah pahaman, maka dari itu dokter gigi harus mengetahui kondisi-kondisi yang dialami pasien. Pemahaman mengenai emosi peerlu diketahui karena emosi merupakan akibat dari berpikiri kritis. Komitmen kuat terhadap suatu pandangan dapat memotivasi seseorang untuk berpikir berani dan mempertahankan ide-ide tidak populer dan mencari fakta-fakta yang dapat mendukung pendapatnya. Namun jika frase itu didasarkan pada perasaan dan mengabaikan pikiran yang jernih, akibatnya bisa fatal.13
Sehingga apabila seorang dokter memiliki pengontrolan emosi yang tidak baik dalam menangani pasien lansia, seorang dokter gigi akan stress dengan keadaan yang di hadapi, bahkan lebih parahnya seorang dokter bahkn dapat membentak dan memerahi pasiennya. Sedangkan yang harus dimiliki seorang dokter gigi adalah kesabaran dalam menghadapi pasien lansia selain kesabaran pengetahuan akan keadaan mereka perlu dimiliki seorang dokter gigi, agar mereka lebih paham dengan kondisi mereka dan tidak terbawa emosi dalam menghadapi lansia.13

2.5 KOMUNIKASI YANG BAIK DOKTER-LANSIA
Dalam komunikasi dikenal dua macam komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi melalui kata-kata yang diucapkan, sedangkan komunikasi nonverbal adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain tanpa kata-kata. Komunikasi ini ditunjukkan melalui isyarat, ekspresi wajah, bahasa tubuh, serta nada suara.14
Berkomunikasi dengan lansia mengandung ciri khusus dibanding komunikasi secara umum. Pemberi asuhan atau dalam menyampaikan pesan harus bersifat komunikasi teraupetik, yaitu komunikasi yang singkat, jelas, lengkap, dan sederhana sehingga proses komunikasi dapat berlangsung sempurna, tidak menimbulkan banyak interpretasi bagi penerima pesan, dan isi pesan dapat dipahami secara lengkap. Kesabaran perawat atau pemberi asuhan dan kemauan mendengarkan serta dorongan lisan merupakan perilaku bijaksana. Tanggapan serasi tanpa menyalahkan atau menggurui membuktikan rasa tulus yang juga disebut ‘empati’. Sikap sopan santun dan jawaban jujur (apalagi bila diucapkan pada saat yang tepat danbijaksana) merupakan keharusan.7
Komunikasi dalam perawatan gerontik adalah komunikasi yang di aplikasikan dalam praktik asuhan keperawatan lansia. Komunikasi dengan lansia adalah proses menyampaikan pesan atau gagasan dari perawat atau pemberi asuhan kepada lansia dan di peroleh tanggapan dari lansia sehingga di peroleh kesepakatan bersama tentang isi komunikasi. Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, dan pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik  dan tindakan. Pada dasarnya yang mempengaruhi komunikasi adalah manusia, pesan dan lingkungan.7
Manusia, baik perawat atau pemberi asuhan lain sebagai komunitas dan lansia sebagai komunitas dapat mempengaruhi proses komunikasi yaitu tingkat pengetahuan.7
Ada juga beberapa hal yang mungkin berpengaruh yaitu:3
a.       Nilai dan budaya/adat
-          Berbagai nilai dan budaya dalam masyarakat menjadi rambu-rambu bagi penyelenggaraan komunikasi.
-          Budaya mengatur bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi sekaligus mengatur penggunaan teknik non-formal dalam komunikasi.
b.      Jarak dan teritorial
-          Jarak antara komunikatordankomunikan memengaruhi komunikasi yang dilakukan.
-          Komunikasi antar-individu dalam jarak dekat dapat dilakukan secara lisan, tulisan, atau non-verbal.

BAB III
PENUTUP
3.1  Simpulan
Berdasarkan kajian pustaka yang telah penyusun temukan mengenai perkembangan yang terjadi pada lansia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Ø  Pada Usia 65 tahun seseorang dianggap telah memasuki masa lansia atau lanjut usia. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini.
Ø  Orang yang memasuki usia lanjut (lansia) memiliki ciri – ciri khas, diantaranya usia lanjut merupakan periode kemunduran, orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas, menua membutuhkan perubahan peran, dan penyesuaian yang buruk pada lansia
Ø  Pada lansia biasanya mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya.
Ø  Pada lansia terjadi banyak perubahan, diantaranya perkembangan jasmani/fisik, perkembangan intelektual, perkembangan emosi, perkembangan spiritual, perubahan sosial, perubahan kehidupan keluarga, dan hubungan sosio-emosional lansia.
Ø  Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam kehidupannya, diantaranya pada masalah fisik, intelektual, emosi, dan spiritual. Misalnya saja dalam hal intelektual, lansia lebih sering mengalami pikun atau sulit untuk mengingat.
Ø  Masalah – masalah pada lansia yang timbul karena perubahan yang terjadi pada lansia dapat diatasi sehingga tidak perlu dikhawatirkan, apalagi kita semua juga akan mengalami masa – masa ini.

3.2  Saran
Setelah penyusun membuat laporan ini, kami menjadi tahu tentang perkembangan yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami kemunduran, dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita persiapkan dengan sebaik-baiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan yang bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua
J

DAFTAR PUSTAKA
1.      Maryam RS, Ekasari MF, dkk. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika; 2008. H. 1-2, 6-7, 12, 33, 69-71.
2.      Efendi E, Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunitas: teori dan praktik dalam kedokteran. Jakarta: Salemba Medika; 2009. H. 243.
3.      Jubhari EH, Dharmautama M, dkk. Faktor kejiwaan menentukan keberhasilan perawatan gigi manula. Makassar: FKG-UNHAS; 2012. H. 106-9.
4.      Tahmer SH, Noorskanini. Kesehatan usia lanjut dengan asuhan keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009. H. 23.
5.      Hurlock EB. Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga; 2012. H. 380, 406-8.
6.      Wahl HW, Brenner H, Mollenkopt H. The many faces of health, competence and well-being in old age: intergrating epidemologicl, pschological and social perspective. Oretrich Rothenbacher, Christoph Rott. Netherlans:  Springer; 2006. P. 3,9.
7.      Nugroho wahjudi. Komunikasi dalam keperawatan gerontik. Monica Ester. Jakarta: EGC; 2009. H. 1-7, 11-9, 21, 25-6.
8.      Teifein A. ABC kesehatan mental. Jakarta: EGC; 2009. H. 140-4.
9.      Birren JE and Schaie KW. Handbook of psychology of aging. America: Elsevier inc; 2006. P.272.
10.  Santoso Hanna dan Ismail Andar. Memahami krisis lanjut usi. Jakarta : Gunung Mulia; 2009. H. 54-60.
11.  Setyonegoro K. Memanusiakan manusia menata jiwa membangun Bangsa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2011. H. 144-5.
12.  Bas SB. Perawatan sebagai penyelidik: prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran. Jakarta: EGC; 2002. H. 124-7
13.  Wade CD, Tavris C. Psikologi. Ed. 9. Jakarta: Erlangga;  2008. H. 13. 
14.  Soetjiningsih. Modul komunikasi pasien-dokter. 1 ed. Jakarta: EGC; 2008. H. 14



Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking