Donderdag 03 Maart 2016

KISTA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kista adalah sebuah rongga patologis berisi bahan berupa cairan, semi-cairan, atau gas, dan bukan terbentuk akibat akumulasi pus, yang sering dibatasi oleh epitel meskipun tidak selalu demikian. Kista adalah struktur seperti kantong yang dikelilingi epitel dan abnormal (sering berisi cairan) di dalam jaringan. Rongga kista di dalam rongga mulut selalu dibatasi oleh lapisan epitel dan dibagian luarnya dilapisi oleh jaringan ikat dan pembuluh darah.1,2,3
Kista radikular adalah kista yang muncul dari sisa-sisa epitelial pada ligamen periodontal sebagai akibat dari inflamasi. Inflamasi biasanya mengikuti kematian dari pulpa dental dan kista yang timbul dengan cara ini ditemukan pada umumnya pada kar gigi apeks dengan saluran akar tambahan lateral. Kista radikular ini adalah kista odontogenik yang paling sering ditemukan pada rahang.7
Kista dirawat dengan prosedur pembedahan, seorang klinisi juga harus mempertimbangkan kondisi kesehatan umum pasien yang nantinya dapat mempengaruhi kesuksesan perawatan.2
1.2  Batasan topik
Isi dari laporan ini lebih banyak membahas tentang kista. Mulai dari pengertian kista, macam-macam atau klasifikasi kista, tanda dan gejala dari kista, penyebab timbulnya kista, bagaimana mekanisme atau patogenesis terjadinya kista, diagnosis banding dari kista. Selain itu untuk mengetahui apakah itu kista, bagaimana tanda dan gejala kista tentunya lebih penting lagi perlu dilakukan pemeriksaan kista baik pemeriksaan subyektif, obyektif, dan pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan radiografi intra maupun ekstra oral. Setelah diketahui tentang bagaimana kista terbentuk tentunya perlu penanganan dari kista. Untuk itu, dibahas sedikit tentang penanganan kista namun tidak begitu meluas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Kista
Kista adalah sebuah rongga patologis berisi bahan berupa cairan, semi-cairan, atau gas, dan bukan terbentuk akibat akumulasi pus, yang sering dibatasi oleh epitel meskipun tidak selalu demikian.1,2,3
Kista adalah kantong tertutup yang dilapisi oleh epitelium (dikenal sebagai kapsul) yang terletak pada dermis, jaringan subkutaneus, atau tulang. Kista berasal dari terjebaknya epitelium atau sisa epitelium yang membentuk rongga (bagian dalam rongga ini disebut lumen). Diameter kista bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Aspirasi yang dilakukan pada kista dapat menghasilkan cairan luminal, bisa juga tidak, tergantung pada sifat kistanya. Kista yang mengandung cairan bening tampak berwarna merah muda hingga biru, sementara kista yang terisi keratin sering berwarna kuning atau putih seperti krim. Beberapa dari berbagai jenis kista rongga mulut adalah kista dermoid, kista erupsi, kista implantasi, kista kanalis incisivus, kista limfoepitelial, kista retensi mukus, kista nasoalveolar, kista radikukar, keratoskista odontogenik, kista dentigerous, dan kista periodontal lateral.4,14
Secara mikroskopis kista  terdiri dari kolesterin atau ester yang dapat berada dalam jaringan lunak dan keras.3,5
2.2  Klasifikasi Kista
I.         Kista Rahang1,3
a.      Epitelial (mempunyai epitelium)
1.      PERKEMBANGAN
(a)    Odontogenik: kista yang berdinding epithelium pada mandinula dan maksila yang berasal dari sisa-sisa epitel odontogenik. kista ini bisa terjadi karena proses inflamasi atau perkembangan. Kista odontogenik harus dibedakan dengan kista yang lain karena tipe ini potensial agresif.6,7
-       Kista gingiva pada bayi
-       Keratosis odontogenik (kista primordial)
-       Kista dentigerous (folikular)
-       Kista erupsi
-       Kista periodontal lateral
-       Kista gingiva pada orang dewasa
-       Kista odontogenik Botryoid
-       Kista odontogenik glandular (sialo-odontogenik; mukoepidermoid odontogenik)
-       Kista odontogenik berkalsifikasi
(b)   Non- odontogenik
-       Kista duktus nasopalatina (kanalis insisivus)
-       Kista nasolabial (kista alveolar)
-       Kista raphe midpalatal pada bayi
-       Kista median palatinal, median alveolar, median mandibular
-       Kista globulomaksillari
2.      INFLAMASI (PERADANGAN)
-          Kista radikular, apikal, dan lateral
Kista radikular
-          Kista residual
-          Kista paradental dan kista bukal mandibula yang terinfeksi sampai ke bukal
-          Kista kolateral inflamatori
b.      Non-epitelial
-          Kista tulang soliter (kista traumatik, simpel, kista hemoragik tulang)
-          Kista tulang aneurismal



II.      Kista yang ada hubungannya dengan antrum maksilla1,3
-       Kista mukosa jinak pada antrum maksilla
-       Kista pada maksilla pascaoperatif (kista bersilia setelah pembedahan pada maksilla)
III.   Kista pada jaringan lunak mulut, wajah, dan leher1,3
-       Kista dermoid dan epidermoid
-       Kista limfo-epitelial (celah brankial)
-       Kista duktus tiroglosus
-       Kista lingual median anterior (kista intralingual yang berasal dari usus bagian depan)
-       Kista oral dengan epitelium gastrik atau intestinal (kista saluran pencernaan oral)
-       Kista higroma
-       Kista nasofaringeal
-       Kista timus
-       Kista kelenjar saliva: kista mukosa ekstravasasi; kista retensi mukosa; ranula; penyakit kelainan polistik (disgenetik) pada parotis.
-       Kista parastik; kista hidatid; cysticercus cellulosae; trikinosis
2.3  Tanda dan Gejala Kista
Tanda
·         Yang ditemukan pada kista dapat bervariasi.
·         Kista yang kecil tidak menimbulkan perubahan nyata
·         Gigi yang non-vital akan mengalami perubahan warna
·         Kista yang besar akan menyebabkan ekspansi pada tulang alveolar.
·         Di awali kelainan di temukan ekspansi tulang yang keras tepinya di rahang.
Gejala
·         Biasanya tidak ada rasa sakit bila kista tersebut kecil.
·         Sering kali ditemukan secara kebetulan saat melakukan pemeriksaan radiografi untuk penyakit yang lain.
·         Sering kali tidak menimbulkan gejala bahkan pada kista yang besar sekalipun.
·         Terjadinya rasa sakit dan pembengkakan bila kista terinfeksi.
·         Kista terinfeksi dapt mengalirkan cairan kedalam mulut sehingga menyebabkan rasa tidak enak.
Kista Radikular
Banyak kista radikular yang tidak memberikan gejala dan ditemukan sewaktu dilakukan radiografi periapikal pada gigi dengan pulpa non-vital. Pembengkakan yang membesar dengan lambat sering juga merupakan salah satu keluhan. Pada mulanya pembesaran adalah sekeras tulang tetapi setelah kista meningkat ukurannya, tulang yang menutupi menjadi sangat tipis meski ada deposisi tulang subperiosteal dan pembengkakan kini menjadi kenyal. Hanya jika kista telah mengalami erosi yang lengkap, tulang kemudian akan mengalami fluktuasi. Pada maksila mungkin terjadi pembesaran kearah bukal atau palatal sedangkan pada mandibula biasanya pembesaran kearah bukal dan labial dan jarang terjadi pada lingua. Rasa sakit dan infeksi adalah gambaran klinis lain dari beberapa kista radikular. Sering dikatakan bahwa kista radikular tidak terasa sakit kecuali mengalami infeksi.3

2.4  Etiologi Kista
Suatu teori menyebutkan degeneralisasi sel sentral didalam proliferasi sel epitel yang mengakibatkan suatu tekanan osmotik dan menyebabkan pelepasan prostaglandin. Hal ini memunculkan terjadinya akumulasi cairan. Teori lain menyebutkan terbentuknya kista disebabkan karena degenerasi dari jaringan granulasi.2
Kista sering kali, walaupun tidak selamanya, dilapisi oleh epitel. Epitel pada kista odontogenik dan inflamatori di rahang diperoleh dari:1
-     Benih gigi
-     Epitel email yang menyusut atau
-     Sisa epitel sel malassez, atau
-     Sisa-sisa lamina dental
Kista radikular adalah kista yang berhubungan dengan peradangan. Kista tersebut berasal dari sisa-sisa sel epitel malassez di ligamen periodontal sebagai hasil periodontitis apikalis yang mengikuti kematian pulpa.8
2.5  Mekanisme Terjadinya Kista
Pembentukan kista radikular terdiri dari tiga tahap yaitu tahap inisiasi, tahap perkembangan kista, dan tahap pembesaran kista. Pada tahap inisiasi, sisa-sisa sel malassez diligamen periodontal berproliferasi akibat peradangan di granuloma periapikal. Granuloma periapikal merupakan bagian mekanisme pertahanan lokal terhadap peradangan pulpa kronis agar infeksi tidak meluas. Faktor yang memicu peradangan dan respons imun yang dapat menyebabkan proliferasi epitel diduga adalah endotoksin bakteri yang berasal dari pulpa yang mati. Selanjutnya pada tahap pembentukan kista sisa-sisa sel Malassez berproliferasi pada dinding granuloma membentuk massa epitel yang makin membesar. Kurangnya nutrisi terhadap sel-sel epitel di bagian sentral menyebabkan kematian dan mencairnya sel tersebut sehingga terbentuk rongga berisi cairan yang dibatasi oleh epitel. Pada tahap pembesaran kista tekanan osmosis diduga merupakan faktor yang berperan penting.3
2.6  Jenis Pemeriksaan pada Kista
1.      Pemeriksaan Subjektif
Berkaitan dengan 7 hal yaitu identitas pasien, keluhan utama, present ilness, riwayat medik, riwayat dental, riwayat keluarga, dan riwayat sosial.2
-          Identitas pasien meliputi : Nama, tempat dan tanggal lahir, alamat tinggal, golongan darah, status pernikahan, pekerjaan, pendidikan, kewarganegaraan serta nomor telepon yang bisa dihubungi.


-          Keluhan utama
Berkaitan dengan apa yang dikeluhkan pasien dan alasan pasien datang ke dokter gigi. Keluhan utama pasien akan berpengaruh terhadap pertimbangan dan gigi dalam menentukan prioritas perawatan.


                                                 PRIORITAS PERAWATAN
           
                                                           


-          Present ilness
Mengidentifikasi keluhan utama, misalkan dengan mencari tahu kapan rasa sakit atau tidak nyaman itu pertama muncul, apakah bersifat berselang atau terus menerus, seberapa sering dan faktor pemicunya
-          Riwayat medik
Ditanyakan guna berkaitan dengan diagnosis, treatment dan prognosis.
Beberapa hal penting ditanyakan adalah:
1.      Gejala umum, seperti demam, penurunan berat badan, serta gejala umum yang lainnya.
2.      Gejala yang dikaitkan dengan sistem dalam tubuh, seperti batuk, dengan sistem respirasi, lesi oral dengan kelainan gastrointestinal dan lesi kulit, kecemasan, depresi dengan kelainan kejiwaan.
3.      Perawatan bedah dan radioterapi yang penuh dilakukan.
4.      Alergi makanan dan obat
5.      Riwayat yang pernah diderita sebelumnya
6.      Riwayat rawat inap.
7.      Anestesi
8.      Problem medis spesifik seperti terapi kortikosteroid, diabetes, kecenderungan perdarahan, penyakit jantung, dan resiko endokarditis yang dapat mempengaruhi prosedur operasi.
-          Riwayat dental
Ditanyakan guna mempengaruhi seorang dokter gigi dalam menentukan rencana atau manajemen perawatan yang digunakan.  Beberapa riwayat dental yang dapat ditanyakan yaitu:
1.      Pasien rutin ke dokter gigi atau tidak
2.      Sikap pasien kepada dokter gigi saat  dilakukan perawatan.
3.      Problem gigi terakhir yang relevan
4.      Perawatan restorasi/ pencabutan gigi terakhir
-          Riwayat keluarga
Berkaitan dengan problem herediter dan kondisi keluarga. Seperti kasus amelogenesis imperfekta, hemofili, angiodema herediter, recurrent aphtous stomatitis (RAS) dan diabetes.

2.      Pemeriksaan Objektif
1.      Pemeriksaan Ekstra Oral
Bertujuan untuk melihat penampakan secara umum dari pasien, misalnya pembengkakan dimuka dan leher, pola skeletal, kompetensi bibir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara palpasi limfonodi, otot-otot mastikasi dan pemeriksaan temporomandibular junction.2
-          Pemeriksaan Limfonodi: dengan palpasi dapat dilakukan pada bagian kepala dan leher dengan area yaitu submental, submaxsilary, parotid, presuricular, subdigastric, Nodi lymphaticy Cervicales.
-          Pemeriksaan otot-otot mastikasi
Otot masserter : Palpasi dilakukan secara bimanual, tangan yang satu (dengan satu jari) di bagian intra oral
ü  Temporalis : Palpasi langsung pada bagian temporal dan meminta pasien mengoklusikan gigi geliginya.
ü  Pterygoid lateral : dengan menempatkan sedikit jari di belakang tuberositas maksila.
ü  Pterygoid medial : palpasi secara intra oral pada bagian lingual pada ramus mandibula
Pemeriksaan TMJ : dilakukan pada bagian pre aurikuler pasien dengan menggunakan jari telunjuk atau setoskop untuk mendengarkan ada klicking.

2.      Pemeriksaan Intra Oral
Berkaitan dengan gigi dan jaringan sekitar. Beberapa gambaran yang dapat ditemukan pada pemeriksaan intra oral yaitu:
Bagian yang diperiksa
Gambaran yang ditemukan
Bibir
Sianosis (pada pasien dengan penyakit respirasi atau jantung), angular cheilitis, fordyce spots, mucocele.
Mukosa labial
Normalnya tampak lembab dan prominent.
Mukosa bukal
Kaca mulut dapat digunakan untuk melihat mukosa bukal dalam keadaan normal kaca mulut licin bila ditempelkan dan diangkat. Bila menempel di mukosa, maka bisa disimpulkan adanya xerostomia.
Dasar mulut dan bagian ventral lidah
Bila terdapat adanya benjolan, maka kemungkinan ada permulaan penyakit tumor.
Bagian dorsal lidah
Tes indra pengecap dapat dilakukan dengan mengaplikasikan gula, garam, dilusi asam asetat dan 5 % asam sitrat pada lidah dengan menggunakan cotton bud  atau cotton swab. Dengan menggunakan kaca mulut juga dapat dilihat keadaan posterior lidah, orofaring, tonsil.
Palatum
Rugae terletak pada papila incisivus. Bisa dilihat pula adanya benjolan atau tidak. Pada palatum dapat dilihat ada tidaknya torus palatina.
gingiva
Gingiva sehat tampak datar, pink pucat, dengan permukaan stipling.
Gigi geligi
Dilihat adanya ekstra teeth (supernumary teeth), kurang gigi (hypodontia, oligodontia), atau tidak ada gigi sama sekali (anodontia), karies, penyakit periodontal, polip impaksi, malformasi, hipoplasia, staining, kalkulus, dan kelainan gigi lainnya.


Pemeriksaan objektif pada gigi dapat ditempuh dengan cara : 2
1.)    Inspeksi : memeriksa dengan mengamati obyek bagaimana dengan warna, ukuran, bentuk hubungan anatomis, keutuhan, permukaan jaringan, permukaan karies, abrasi dan resesi.
2.)    Sondasi : Dengan menggunakan sonde dapat diketahui kedalaman cavitas dan reaksi pasien.
3.)    Perkusi : dengan mengetukkan jari atau instrumen ke arah jaringan. Untuk mengetahui adanya peradangan pada jaringan periodontal atau tidak.
4.)    Palpasi : dengan cara menekan jarinan ke arah tulang atau jaringan sekitar
5.)    Tes mobilitas : untuk memeriksa ada tidaknya luksasi
6.)    Tes suhu : dilakukan dengan iritan dingin ataupun panas untuk mengetahui vitalitas gigi.
7.)    Tes elektrik : pemakaian alat pulp tester untuk mengetahui vitalitas gigi.
8.)    Transiluminasi : menggunakan iluminator dari arah palatal atau lingual untuk mengetahui adanya karies di lingual dan palatal.
3.      Pemeriksaan penunjang
ü  Radiografi
ü  Pemeriksaan Laboratorium, untuk evaluasi pasien dengan sakit/gejala pada orofasial
ü  Pemeriksaan Biopsi, untuk mengukuhkan suatu dignosis dari keganasan klinis yang dicurigai dan sebagai penunjang dignosa dalam mengevaluasi kelainan non-neoplastik
Pemeriksaan kista
Adapun menurut sumber lain, tes diagnostik termasuk1
-          Radiografi intra dan ekstraoral
-          Kista terlihat sebagai daerah radiolusen dikelilingi oleh tepi yang berbatas jelas,putih, radiopak, dan sklerotik
-          Tes vitalitas- kecuali bila terjadi kista radikular, gigi tetapvital
-          Sialografi, untuk kista kelenjar saliva
-          Pada aspirasi cairan kista, ditemukan:
Cairan berwarna kuning, berisi kristal kolesterin, biasanya diperoleh dari sebagian besar kista radikular. Udara, darah, atau cairan serosanguineus dari kista tulang soliter. Darah dari kista tulang aneurisma. Pus dari kista terinfeksi. Cairan kuning-pucat mengandung keratin berasal dari keratosis odontogenik.
-          Biopsi yang dilakukan pada tepi kista akan memberikan diagnosis yang tepat.
Pemeriksaan kista dapat dilakukan dengan radiografi, pada gambaran radiografi kista dapat ditemukan
-          Berbentuk membulat atau oval unilokuler atau multilokuler
-          Margin, terdapat peripheral cartication (radiopaque margin) kecuali dalam kista tulang soliter.
-          Bentuk, sebagian besar kista tumbuh dengan mekanisme hidrostatik, sehingga dalam bentuk bulat. Keratokista odontogenik dan kista tulang soliter tidak tumbuh dengan cara tersebut dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh melalui tulang meduler dari pada untuk memperluas rahang.
-          Locularity, sebagian besar kista memiliki penampilan multiseluler.10
2.7  Diagnosa Banding dari Kista
Kista akar yang kecil tidak dapat dibedakan dari gambaran granuloma melalui radiografi. Meskipun suatu perbedaan positif antara suatu kista dan granuloma tidak dapat dibuat dari radiografi saja, sifat-sifat tertentu dapat memberi kesan adanya suatu kista. Suatu kista biasanya lebih besar dari pada granuloma dan dapat menyebabkan akar terdekat merenggang karena tekanan yang terus menerus dari akumulasi cairan kista. Harus dibedakan suatu kista radikular dari kavitas tulang yang normal, seperti misalnya foramen insisiv. Suatu kavitas normal kelihatan terpisah dari apeks akar pada radiografi yang diambil pada sudut yang berlainan., sedangkan suatu kista tetap terikat pada apeks akar tanpa memperhatikan sudut pengambilan radiografi. Suatu kista radukulas juga harus dibedakan dengan suatu kista globulomaksilaris, yang merupakan kista fisural yang bekembang pada rahang atas diantara akar gigi lateral dan gigi kaninus. Suatu kista radikular harus juga dibedakan dari suatu kista tulang traumatic, yang merupakan suatu kavitas cekung tidak dilapisi oleh epithelium, tetapi oleh jaringan penghubung fibrous.9
-          Granuloma dan kista periapikal akan memberikan gambaran radiolusen periapikal, sementara abses periapikal tidak menghasilkan gambaran tersebut kecuali bila terbentuk sebagai komplikasi dari salah satu diantara kedua lesi tersebut.11
-          Tipe gambaran radiografis dari abses periapikal, granuloma periapikal, dan kista periapikal.
Abses: gambaran radiopaque dan radiolusennya tidak jelas dan juga tidak berbatas jelas
Granuloma: gambaran radiografinya, semua nampak radiolusen tidak terlihat adanya radiopaque
Kista: gambaran radiopaquenya berbatas jelas dan tegas12
-          Kista biasanya lebih besar daripada granuloma dan dapat menyebabkan akar yang berdekatan merenggang karena tekana yang terus menerus dari akumulasi cairan kista.9

Abses
Tumor jinak
Kista
Pembengkakan
Terjadi jika sudah kronis sakitnya relative singkat
4-5 hari
Butuh waktu lama
Jika kerusakan sudah sampai tulang (ada pus), waktu relative lama, tidak sakit
Batas
Tidak jelas, jika kronis bisa sampai subkutan
Jelas, jaringan baru yang tumbuh
Jelas, kerusakan terbatas hanya mengenai tulang keras
Penyebab Intra Oral
Infeksi odontogenik dan non odontogenik
Idiopatik iritasi kronis
Infeksi odontogenik
Ronsen Foto
Radiolusen, jarang terlihat, di daerah tulang
Radiopaque, batas jelas, ada kapsul sedikit lebih tebal dari jaringan sehat
Radiolusen, batas tegas, terlihat, bangun terbenam di dalam tulang
Infiltrasi
Ada infiltrate dipalpasi ada fluktuasi
Tidak ada infiltrasi
Isi larutan Kristal kolesterol, warna keemasan
Tindakan
Incise, jika ada pus beri antibiotik
eksisi
Enukleasi atau marsupialisasi

2.8  Penanganan Kista
Perawatan yang dilakukan pada kista rahang2
-          Enukleasi dengan cara mengeluarkan seluruh batas sel dan isinya. Dilakuakan pada kista yang berukuran kecil.
-          Marsupialisasi, yaitu metode pembedahan untuk membuka rongga kista dengan membuang satu dinding dan mengubahnya menjadi suatu kantung. Dilakukan pada kista yang berukuran besar dan atau telah mengenai organ yang vital.
-          Orthograde root canal therapy: cara ini baik untuk kista radikular apikal.


 BAB III
PENUTUP
3.1  Simpulan
Berdasarkan tinjauan pustaka, diperoleh kesimpulan bahwa:
1.      Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan, semi cairan maupun gas yang biasa di lapisi oleh epitel.
2.      Kista terbagi menjadi tiga. Salah satunya adalah kista rahang pada epitelial inflamasi yaitu kista radikuler, sebagaimana kasus pada skenario “kista”
3.      Kista radikular banyak dijumpai dirahang, berkembang bersama granuloma periapikal, yang merupakan respon kematian pulpa, dan akibat nekrosis jaringan.
4.      Gambaran radiograf kista radikular menunjukkan area radiolusen yang dibatasi lapisan tipis radiopaque.
5.      Etiologi kista radikular yaitu nekrosis pulpa, adanya granuloma yang teriritasi => sel-sel malassez yang terjebak di granuloma teraktivasi untuk melakukan proliferasi => menyebabkan sel bagian tengah mati => pengumupulan cairan sehingga menekan dinding epitel kapsul fibrous kista menjadi semakin besar dan tulang sekitar diaktivasi oleh osteoklas.
6.      Tanda dan gejala kista radikular yaitu adanya sisa akar yang tertahan, terdapat krepitasu, gigi yang bersangkutan terasa nyeri saat diperkusi, bila kista terinfeksi, dan dapat terjadi perubahan warna gigi akibat hilangnya vitalitas.
7.      Diagnosa banding dari kista radikular sebagaimana dalam skenario adalah granuloma, tumor dan abses.
8.      Perawatan pada kista kecil digunakan enuclease yaitu proses pengangkatan seluruh lesi kista, tanpa terjadi perpecahan pada kista dan bedah perapikal. Pada kista besar dapat digunakan marsupialisasi (dilubangi kistanya, agar ada ventilasi untuk cairan keluar).

3.2  Saran
Dengan pembelajaran tentang kista semoga mahasiswa dapat mengetahui banyak hal tentang kista baik itu tau tentang apa itu kista, bagaimana gambaran klinisnya, apa yang menyebabkan terjadinya kista, apa saja tanda dan gejala kista, mengetahui kapan kasus tersebut dikatakan kista dan diagnosa banding dari kista serta memahami dengan baik perawatan pada seseorang yang mengalami kista.
Semoga ilmu yang diperoleh ini, nantinya sangat berguna dan bermanfaat. Oleh karena itu, diharapkan mahasiswa mengetahui dan memahaminya karena kedepannya itu akan terealisasi dalam praktek nantinya. J


DAFTAR PUSTAKA
1.      Birnbaum W, Dunne SM. Diagnosis kelainan dalam  mulut: petunjuk bagi klinisi. Jakarta: EGC; 2013.
2.      Bakar A. Kedokteran gigi klinis. Edisi 2. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media; 2012. H. 1-10, 96-102.
3.      Shear M. Kista rongga mulut. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2012. H. 1-3, 179-202, 214-5.
4.      Langlais RP, Miller CS, Gehrig-JSN. Atlas berwarna lesi mulut yang sering ditemukan. Edisi 4. Jakarta: EGC; 2013.
5.      Ramadhania RW. Prevalensi kista rongga mulut odontogen dan nonodontogen di RSUD Dr. Saiful anwar malang berdasarkan usia dan jenis kelamin tahun 2005-2010. Available from:
6.      Mitchell, dkk. Dasar patologi penyakit. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2008.
7.      Syafriadi M. Patologi Mulut. Yogyakarta: ANDI; 2008. H. 13-5.
8.      Sirait T, Rahayu S, Sibarani M, Brigitta G. Kista radikular multipel pada maksila. Majalah kedokteran FK UKI 2010 vol. XXVII No.4.
9.      Grossman L, Oliet S, Delrio CE. Ilmu endodontik dalam praktek. Jakarta: EGC; 2007.
10.  Coulthard, Paul, Horner, etc. Oral and maxillofacial surgery, radiology, pathology and oral medicine. China: Elseiver; 2013.
11.  Isselbacher, Kurt J dkk. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC
12.  Margono, Gunawan. Radiogarafi intraoral. Jakarta: EGC
13.  Balaji SM. Textbook of oral maxillofacial surgery. India: Elseiver; 2007; H. 270.
14.  Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Jakarta: EGC; 2012. H. 179-182.