BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kista adalah
sebuah rongga patologis berisi bahan berupa cairan, semi-cairan, atau gas, dan
bukan terbentuk akibat akumulasi pus, yang sering dibatasi oleh epitel meskipun
tidak selalu demikian. Kista adalah struktur seperti kantong yang
dikelilingi epitel dan abnormal (sering berisi cairan) di dalam jaringan.
Rongga kista di dalam rongga mulut selalu dibatasi oleh lapisan epitel dan
dibagian luarnya dilapisi oleh jaringan ikat dan pembuluh darah.1,2,3
Kista radikular
adalah kista yang muncul dari sisa-sisa epitelial pada ligamen periodontal
sebagai akibat dari inflamasi. Inflamasi biasanya mengikuti kematian dari pulpa
dental dan kista yang timbul dengan cara ini ditemukan pada umumnya pada kar
gigi apeks dengan saluran akar tambahan lateral. Kista radikular ini adalah
kista odontogenik yang paling sering ditemukan pada rahang.7
Kista dirawat
dengan prosedur pembedahan, seorang klinisi juga harus mempertimbangkan kondisi
kesehatan umum pasien yang nantinya dapat mempengaruhi kesuksesan perawatan.2
1.2 Batasan topik
Isi dari laporan
ini lebih banyak membahas tentang kista. Mulai dari pengertian kista,
macam-macam atau klasifikasi kista, tanda dan gejala dari kista, penyebab
timbulnya kista, bagaimana mekanisme atau patogenesis terjadinya kista,
diagnosis banding dari kista. Selain itu untuk mengetahui apakah itu kista,
bagaimana tanda dan gejala kista tentunya lebih penting lagi perlu dilakukan
pemeriksaan kista baik pemeriksaan subyektif, obyektif, dan pemeriksaan
penunjang yang meliputi pemeriksaan radiografi intra maupun ekstra oral.
Setelah diketahui tentang bagaimana kista terbentuk tentunya perlu penanganan
dari kista. Untuk itu, dibahas sedikit tentang penanganan kista namun tidak
begitu meluas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kista
Kista adalah sebuah rongga patologis berisi
bahan berupa cairan, semi-cairan, atau gas, dan bukan terbentuk akibat
akumulasi pus, yang sering dibatasi oleh epitel meskipun tidak selalu demikian.1,2,3
Kista adalah kantong tertutup yang
dilapisi oleh epitelium (dikenal sebagai kapsul) yang terletak pada dermis,
jaringan subkutaneus, atau tulang. Kista berasal dari terjebaknya epitelium
atau sisa epitelium yang membentuk rongga (bagian dalam rongga ini disebut
lumen). Diameter kista bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa
sentimeter. Aspirasi yang dilakukan pada kista dapat menghasilkan cairan
luminal, bisa juga tidak, tergantung pada sifat kistanya. Kista yang mengandung
cairan bening tampak berwarna merah muda hingga biru, sementara kista yang
terisi keratin sering berwarna kuning atau putih seperti krim. Beberapa dari
berbagai jenis kista rongga mulut adalah kista dermoid, kista erupsi, kista
implantasi, kista kanalis incisivus, kista limfoepitelial, kista retensi mukus,
kista nasoalveolar, kista radikukar, keratoskista odontogenik, kista
dentigerous, dan kista periodontal lateral.4,14
Secara mikroskopis kista terdiri dari kolesterin atau ester yang dapat
berada dalam jaringan lunak dan keras.3,5
2.2 Klasifikasi Kista
I.
Kista
Rahang1,3
a.
Epitelial
(mempunyai epitelium)
1. PERKEMBANGAN
(a) Odontogenik:
kista yang berdinding epithelium pada mandinula dan maksila yang berasal dari
sisa-sisa epitel odontogenik. kista ini bisa terjadi karena proses inflamasi
atau perkembangan. Kista odontogenik harus dibedakan dengan kista yang lain
karena tipe ini potensial agresif.6,7
-
Kista gingiva pada bayi
-
Keratosis odontogenik (kista primordial)
-
Kista dentigerous (folikular)
-
Kista erupsi
-
Kista periodontal lateral
-
Kista gingiva pada orang dewasa
-
Kista odontogenik Botryoid
-
Kista odontogenik glandular
(sialo-odontogenik; mukoepidermoid odontogenik)
-
Kista odontogenik berkalsifikasi
(b) Non-
odontogenik
-
Kista duktus nasopalatina (kanalis
insisivus)
-
Kista nasolabial (kista alveolar)
-
Kista raphe midpalatal pada bayi
-
Kista median palatinal, median alveolar,
median mandibular
-
Kista globulomaksillari
2. INFLAMASI
(PERADANGAN)
-
Kista radikular, apikal, dan lateral
Kista
radikular
-
Kista residual
-
Kista paradental dan kista bukal
mandibula yang terinfeksi sampai ke bukal
-
Kista kolateral inflamatori
b.
Non-epitelial
-
Kista tulang soliter (kista traumatik,
simpel, kista hemoragik tulang)
-
Kista tulang aneurismal
II.
Kista
yang ada hubungannya dengan antrum maksilla1,3
-
Kista mukosa jinak pada antrum maksilla
-
Kista pada maksilla pascaoperatif (kista
bersilia setelah pembedahan pada maksilla)
III.
Kista
pada jaringan lunak mulut, wajah, dan leher1,3
-
Kista dermoid dan epidermoid
-
Kista limfo-epitelial (celah brankial)
-
Kista duktus tiroglosus
-
Kista lingual median anterior (kista
intralingual yang berasal dari usus bagian depan)
-
Kista oral dengan epitelium gastrik atau
intestinal (kista saluran pencernaan oral)
-
Kista higroma
-
Kista nasofaringeal
-
Kista timus
-
Kista kelenjar saliva: kista mukosa
ekstravasasi; kista retensi mukosa; ranula; penyakit kelainan polistik
(disgenetik) pada parotis.
-
Kista parastik; kista hidatid; cysticercus cellulosae; trikinosis
2.3 Tanda dan Gejala Kista
Tanda
·
Yang ditemukan pada kista dapat
bervariasi.
·
Kista yang kecil tidak menimbulkan
perubahan nyata
·
Gigi yang non-vital akan mengalami
perubahan warna
·
Kista yang besar akan menyebabkan
ekspansi pada tulang alveolar.
·
Di awali kelainan di temukan ekspansi
tulang yang keras tepinya di rahang.
Gejala
·
Biasanya tidak ada rasa sakit bila kista
tersebut kecil.
·
Sering kali ditemukan secara kebetulan
saat melakukan pemeriksaan radiografi untuk penyakit yang lain.
·
Sering kali tidak menimbulkan gejala
bahkan pada kista yang besar sekalipun.
·
Terjadinya rasa sakit dan pembengkakan
bila kista terinfeksi.
·
Kista terinfeksi dapt mengalirkan cairan
kedalam mulut sehingga menyebabkan rasa tidak enak.
Kista
Radikular
Banyak kista radikular yang tidak
memberikan gejala dan ditemukan sewaktu dilakukan radiografi periapikal pada
gigi dengan pulpa non-vital. Pembengkakan yang membesar dengan lambat sering
juga merupakan salah satu keluhan. Pada mulanya pembesaran adalah sekeras
tulang tetapi setelah kista meningkat ukurannya, tulang yang menutupi menjadi
sangat tipis meski ada deposisi tulang subperiosteal dan pembengkakan kini
menjadi kenyal. Hanya jika kista telah mengalami erosi yang lengkap, tulang
kemudian akan mengalami fluktuasi. Pada maksila mungkin terjadi pembesaran
kearah bukal atau palatal sedangkan pada mandibula biasanya pembesaran kearah
bukal dan labial dan jarang terjadi pada lingua. Rasa sakit dan infeksi adalah
gambaran klinis lain dari beberapa kista radikular. Sering dikatakan bahwa
kista radikular tidak terasa sakit kecuali mengalami infeksi.3
2.4 Etiologi Kista
Suatu teori menyebutkan degeneralisasi
sel sentral didalam proliferasi sel epitel yang mengakibatkan suatu tekanan
osmotik dan menyebabkan pelepasan prostaglandin. Hal ini memunculkan terjadinya
akumulasi cairan. Teori lain menyebutkan terbentuknya kista disebabkan karena
degenerasi dari jaringan granulasi.2
Kista sering kali, walaupun tidak selamanya,
dilapisi oleh epitel. Epitel pada kista odontogenik dan inflamatori di rahang
diperoleh dari:1
-
Benih gigi
-
Epitel email yang menyusut atau
-
Sisa epitel sel malassez, atau
-
Sisa-sisa lamina dental
Kista radikular adalah kista yang
berhubungan dengan peradangan. Kista tersebut berasal dari sisa-sisa sel epitel
malassez di ligamen periodontal sebagai hasil periodontitis apikalis yang
mengikuti kematian pulpa.8
2.5 Mekanisme Terjadinya Kista
Pembentukan kista radikular terdiri dari
tiga tahap yaitu tahap inisiasi, tahap perkembangan kista, dan tahap pembesaran
kista. Pada tahap inisiasi, sisa-sisa sel malassez diligamen periodontal
berproliferasi akibat peradangan di granuloma periapikal. Granuloma periapikal
merupakan bagian mekanisme pertahanan lokal terhadap peradangan pulpa kronis
agar infeksi tidak meluas. Faktor yang memicu peradangan dan respons imun yang
dapat menyebabkan proliferasi epitel diduga adalah endotoksin bakteri yang
berasal dari pulpa yang mati. Selanjutnya pada tahap pembentukan kista sisa-sisa
sel Malassez berproliferasi pada dinding granuloma membentuk massa epitel yang
makin membesar. Kurangnya nutrisi terhadap sel-sel epitel di bagian sentral
menyebabkan kematian dan mencairnya sel tersebut sehingga terbentuk rongga
berisi cairan yang dibatasi oleh epitel. Pada tahap pembesaran kista tekanan
osmosis diduga merupakan faktor yang berperan penting.3
2.6 Jenis Pemeriksaan pada Kista
1. Pemeriksaan
Subjektif
Berkaitan dengan 7 hal yaitu
identitas pasien, keluhan utama, present ilness, riwayat medik, riwayat dental,
riwayat keluarga, dan riwayat sosial.2
-
Identitas pasien meliputi : Nama, tempat
dan tanggal lahir, alamat tinggal, golongan darah, status pernikahan,
pekerjaan, pendidikan, kewarganegaraan serta nomor telepon yang bisa dihubungi.
-
Keluhan utama
Berkaitan dengan apa yang
dikeluhkan pasien dan alasan pasien datang ke dokter gigi. Keluhan utama pasien
akan berpengaruh terhadap pertimbangan dan gigi dalam menentukan prioritas
perawatan.
PRIORITAS
PERAWATAN
-
Present ilness
Mengidentifikasi keluhan utama,
misalkan dengan mencari tahu kapan rasa sakit atau tidak nyaman itu pertama
muncul, apakah bersifat berselang atau terus menerus, seberapa sering dan
faktor pemicunya
-
Riwayat medik
Ditanyakan guna berkaitan dengan
diagnosis, treatment dan prognosis.
Beberapa hal penting ditanyakan
adalah:
1. Gejala
umum, seperti demam, penurunan berat badan, serta gejala umum yang lainnya.
2. Gejala
yang dikaitkan dengan sistem dalam tubuh, seperti batuk, dengan sistem
respirasi, lesi oral dengan kelainan gastrointestinal dan lesi kulit,
kecemasan, depresi dengan kelainan kejiwaan.
3. Perawatan
bedah dan radioterapi yang penuh dilakukan.
4. Alergi
makanan dan obat
5. Riwayat
yang pernah diderita sebelumnya
6. Riwayat
rawat inap.
7. Anestesi
8. Problem
medis spesifik seperti terapi kortikosteroid, diabetes, kecenderungan
perdarahan, penyakit jantung, dan resiko endokarditis yang dapat mempengaruhi
prosedur operasi.
-
Riwayat dental
Ditanyakan guna mempengaruhi
seorang dokter gigi dalam menentukan rencana atau manajemen perawatan yang
digunakan. Beberapa riwayat dental yang
dapat ditanyakan yaitu:
1. Pasien
rutin ke dokter gigi atau tidak
2. Sikap
pasien kepada dokter gigi saat dilakukan
perawatan.
3. Problem
gigi terakhir yang relevan
4. Perawatan
restorasi/ pencabutan gigi terakhir
-
Riwayat keluarga
Berkaitan dengan problem herediter
dan kondisi keluarga. Seperti kasus amelogenesis imperfekta, hemofili,
angiodema herediter, recurrent aphtous stomatitis (RAS) dan diabetes.
2. Pemeriksaan
Objektif
1. Pemeriksaan
Ekstra Oral
Bertujuan
untuk melihat penampakan secara umum dari pasien, misalnya pembengkakan dimuka
dan leher, pola skeletal, kompetensi bibir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
palpasi limfonodi, otot-otot mastikasi dan pemeriksaan temporomandibular
junction.2
-
Pemeriksaan Limfonodi: dengan palpasi
dapat dilakukan pada bagian kepala dan leher dengan area yaitu submental,
submaxsilary, parotid, presuricular, subdigastric, Nodi lymphaticy Cervicales.
-
Pemeriksaan otot-otot mastikasi
Otot masserter : Palpasi dilakukan
secara bimanual, tangan yang satu (dengan satu jari) di bagian intra oral
ü Temporalis
: Palpasi langsung pada bagian temporal dan meminta pasien mengoklusikan gigi
geliginya.
ü Pterygoid
lateral : dengan menempatkan sedikit jari di belakang tuberositas maksila.
ü Pterygoid
medial : palpasi secara intra oral pada bagian lingual pada ramus mandibula
Pemeriksaan TMJ : dilakukan pada
bagian pre aurikuler pasien dengan menggunakan jari telunjuk atau setoskop
untuk mendengarkan ada klicking.
2. Pemeriksaan
Intra Oral
Berkaitan dengan gigi dan jaringan
sekitar. Beberapa gambaran yang dapat ditemukan pada pemeriksaan intra oral
yaitu:
Bagian
yang diperiksa
|
Gambaran
yang ditemukan
|
Bibir
|
Sianosis
(pada pasien dengan penyakit respirasi atau jantung), angular cheilitis,
fordyce spots, mucocele.
|
Mukosa
labial
|
Normalnya
tampak lembab dan prominent.
|
Mukosa
bukal
|
Kaca
mulut dapat digunakan untuk melihat mukosa bukal dalam keadaan normal kaca
mulut licin bila ditempelkan dan diangkat. Bila menempel di mukosa, maka bisa
disimpulkan adanya xerostomia.
|
Dasar
mulut dan bagian ventral lidah
|
Bila
terdapat adanya benjolan, maka kemungkinan ada permulaan penyakit tumor.
|
Bagian
dorsal lidah
|
Tes
indra pengecap dapat dilakukan dengan mengaplikasikan gula, garam, dilusi
asam asetat dan 5 % asam sitrat pada lidah dengan menggunakan cotton bud atau cotton
swab. Dengan menggunakan kaca mulut juga dapat dilihat keadaan posterior
lidah, orofaring, tonsil.
|
Palatum
|
Rugae
terletak pada papila incisivus. Bisa dilihat pula adanya benjolan atau tidak.
Pada palatum dapat dilihat ada tidaknya torus palatina.
|
gingiva
|
Gingiva
sehat tampak datar, pink pucat, dengan permukaan stipling.
|
Gigi
geligi
|
Dilihat
adanya ekstra teeth (supernumary teeth),
kurang gigi (hypodontia, oligodontia), atau tidak ada gigi sama sekali
(anodontia), karies, penyakit periodontal, polip impaksi, malformasi, hipoplasia,
staining, kalkulus, dan kelainan gigi lainnya.
|
Pemeriksaan objektif pada gigi
dapat ditempuh dengan cara : 2
1.) Inspeksi
: memeriksa dengan mengamati obyek bagaimana dengan warna, ukuran, bentuk
hubungan anatomis, keutuhan, permukaan jaringan, permukaan karies, abrasi dan
resesi.
2.) Sondasi
: Dengan menggunakan sonde dapat diketahui kedalaman cavitas dan reaksi pasien.
3.) Perkusi
: dengan mengetukkan jari atau instrumen ke arah jaringan. Untuk mengetahui
adanya peradangan pada jaringan periodontal atau tidak.
4.) Palpasi
: dengan cara menekan jarinan ke arah tulang atau jaringan sekitar
5.) Tes
mobilitas : untuk memeriksa ada tidaknya luksasi
6.) Tes
suhu : dilakukan dengan iritan dingin ataupun panas untuk mengetahui vitalitas
gigi.
7.) Tes
elektrik : pemakaian alat pulp tester untuk mengetahui vitalitas gigi.
8.) Transiluminasi
: menggunakan iluminator dari arah palatal atau lingual untuk mengetahui adanya
karies di lingual dan palatal.
3. Pemeriksaan
penunjang
ü Radiografi
ü Pemeriksaan
Laboratorium, untuk evaluasi pasien dengan sakit/gejala pada orofasial
ü Pemeriksaan
Biopsi, untuk mengukuhkan suatu dignosis dari keganasan klinis yang dicurigai
dan sebagai penunjang dignosa dalam mengevaluasi kelainan non-neoplastik
Pemeriksaan kista
Adapun
menurut sumber lain, tes diagnostik termasuk1
-
Radiografi intra dan ekstraoral
-
Kista terlihat sebagai daerah radiolusen
dikelilingi oleh tepi yang berbatas jelas,putih, radiopak, dan sklerotik
-
Tes vitalitas- kecuali bila terjadi
kista radikular, gigi tetapvital
-
Sialografi, untuk kista kelenjar saliva
-
Pada aspirasi cairan kista, ditemukan:
Cairan
berwarna kuning, berisi kristal kolesterin, biasanya diperoleh dari sebagian
besar kista radikular. Udara, darah, atau cairan serosanguineus dari kista
tulang soliter. Darah dari kista tulang aneurisma. Pus dari kista terinfeksi. Cairan
kuning-pucat mengandung keratin berasal dari keratosis odontogenik.
-
Biopsi yang dilakukan pada tepi kista
akan memberikan diagnosis yang tepat.
Pemeriksaan
kista dapat dilakukan dengan radiografi, pada gambaran radiografi kista dapat
ditemukan
-
Berbentuk membulat atau oval unilokuler
atau multilokuler
-
Margin, terdapat peripheral cartication
(radiopaque margin) kecuali dalam kista tulang soliter.
-
Bentuk, sebagian besar kista tumbuh
dengan mekanisme hidrostatik, sehingga dalam bentuk bulat. Keratokista
odontogenik dan kista tulang soliter tidak tumbuh dengan cara tersebut dan
memiliki kecenderungan untuk tumbuh melalui tulang meduler dari pada untuk
memperluas rahang.
-
Locularity, sebagian besar kista
memiliki penampilan multiseluler.10
2.7 Diagnosa Banding dari Kista
Kista akar yang kecil tidak dapat
dibedakan dari gambaran granuloma melalui radiografi. Meskipun suatu perbedaan
positif antara suatu kista dan granuloma tidak dapat dibuat dari radiografi
saja, sifat-sifat tertentu dapat memberi kesan adanya suatu kista. Suatu kista
biasanya lebih besar dari pada granuloma dan dapat menyebabkan akar terdekat
merenggang karena tekanan yang terus menerus dari akumulasi cairan kista. Harus
dibedakan suatu kista radikular dari kavitas tulang yang normal, seperti
misalnya foramen insisiv. Suatu kavitas normal kelihatan terpisah dari apeks
akar pada radiografi yang diambil pada sudut yang berlainan., sedangkan suatu
kista tetap terikat pada apeks akar tanpa memperhatikan sudut pengambilan
radiografi. Suatu kista radukulas juga harus dibedakan dengan suatu kista
globulomaksilaris, yang merupakan kista fisural yang bekembang pada rahang atas
diantara akar gigi lateral dan gigi kaninus. Suatu kista radikular harus juga
dibedakan dari suatu kista tulang traumatic, yang merupakan suatu kavitas
cekung tidak dilapisi oleh epithelium, tetapi oleh jaringan penghubung fibrous.9
-
Granuloma dan kista periapikal akan
memberikan gambaran radiolusen periapikal, sementara abses periapikal tidak
menghasilkan gambaran tersebut kecuali bila terbentuk sebagai komplikasi dari
salah satu diantara kedua lesi tersebut.11
-
Tipe gambaran radiografis dari abses
periapikal, granuloma periapikal, dan kista periapikal.
Abses: gambaran radiopaque dan
radiolusennya tidak jelas dan juga tidak berbatas jelas
Granuloma: gambaran radiografinya,
semua nampak radiolusen tidak terlihat adanya radiopaque
Kista: gambaran radiopaquenya
berbatas jelas dan tegas12
-
Kista biasanya lebih besar daripada
granuloma dan dapat menyebabkan akar yang berdekatan merenggang karena tekana
yang terus menerus dari akumulasi cairan kista.9
|
Abses
|
Tumor jinak
|
Kista
|
|
Pembengkakan
|
Terjadi jika sudah kronis sakitnya
relative singkat
4-5 hari
|
Butuh waktu lama
|
Jika kerusakan sudah sampai tulang
(ada pus), waktu relative lama, tidak sakit
|
|
Batas
|
Tidak
jelas, jika kronis bisa sampai subkutan
|
Jelas,
jaringan baru yang tumbuh
|
Jelas,
kerusakan terbatas hanya mengenai tulang keras
|
|
Penyebab Intra Oral
|
Infeksi odontogenik dan non
odontogenik
|
Idiopatik iritasi kronis
|
Infeksi odontogenik
|
|
Ronsen Foto
|
Radiolusen,
jarang terlihat, di daerah tulang
|
Radiopaque,
batas jelas, ada kapsul sedikit lebih tebal dari jaringan sehat
|
Radiolusen,
batas tegas, terlihat, bangun terbenam di dalam tulang
|
|
Infiltrasi
|
Ada infiltrate dipalpasi ada fluktuasi
|
Tidak ada infiltrasi
|
Isi larutan Kristal kolesterol, warna
keemasan
|
|
Tindakan
|
Incise,
jika ada pus beri antibiotik
|
eksisi
|
Enukleasi
atau marsupialisasi
|
|
2.8 Penanganan Kista
Perawatan
yang dilakukan pada kista rahang2
-
Enukleasi dengan cara mengeluarkan
seluruh batas sel dan isinya. Dilakuakan pada kista yang berukuran kecil.
-
Marsupialisasi, yaitu metode pembedahan
untuk membuka rongga kista dengan membuang satu dinding dan mengubahnya menjadi
suatu kantung. Dilakukan pada kista yang berukuran besar dan atau telah
mengenai organ yang vital.
-
Orthograde root canal therapy: cara ini
baik untuk kista radikular apikal.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan
tinjauan pustaka, diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Kista
adalah rongga patologis yang berisi cairan, semi cairan maupun gas yang biasa
di lapisi oleh epitel.
2. Kista
terbagi menjadi tiga. Salah satunya adalah kista rahang pada epitelial inflamasi
yaitu kista radikuler, sebagaimana kasus pada skenario “kista”
3. Kista
radikular banyak dijumpai dirahang, berkembang bersama granuloma periapikal,
yang merupakan respon kematian pulpa, dan akibat nekrosis jaringan.
4. Gambaran
radiograf kista radikular menunjukkan area radiolusen yang dibatasi lapisan
tipis radiopaque.
5. Etiologi
kista radikular yaitu nekrosis pulpa, adanya granuloma yang teriritasi =>
sel-sel malassez yang terjebak di granuloma teraktivasi untuk melakukan
proliferasi => menyebabkan sel bagian tengah mati => pengumupulan cairan
sehingga menekan dinding epitel kapsul fibrous kista menjadi semakin besar dan
tulang sekitar diaktivasi oleh osteoklas.
6. Tanda
dan gejala kista radikular yaitu adanya sisa akar yang tertahan, terdapat
krepitasu, gigi yang bersangkutan terasa nyeri saat diperkusi, bila kista
terinfeksi, dan dapat terjadi perubahan warna gigi akibat hilangnya vitalitas.
7. Diagnosa
banding dari kista radikular sebagaimana dalam skenario adalah granuloma, tumor
dan abses.
8. Perawatan
pada kista kecil digunakan enuclease yaitu
proses pengangkatan seluruh lesi kista, tanpa terjadi perpecahan pada kista dan
bedah perapikal. Pada kista besar dapat digunakan marsupialisasi (dilubangi kistanya, agar ada ventilasi untuk cairan
keluar).
3.2 Saran
Dengan
pembelajaran tentang kista semoga mahasiswa dapat mengetahui banyak hal tentang
kista baik itu tau tentang apa itu kista, bagaimana gambaran klinisnya, apa
yang menyebabkan terjadinya kista, apa saja tanda dan gejala kista, mengetahui
kapan kasus tersebut dikatakan kista dan diagnosa banding dari kista serta
memahami dengan baik perawatan pada seseorang yang mengalami kista.
Semoga
ilmu yang diperoleh ini, nantinya sangat berguna dan bermanfaat. Oleh karena
itu, diharapkan mahasiswa mengetahui dan memahaminya karena kedepannya itu akan
terealisasi dalam praktek nantinya. J
DAFTAR
PUSTAKA
1. Birnbaum
W, Dunne SM. Diagnosis kelainan dalam
mulut: petunjuk bagi klinisi. Jakarta: EGC; 2013.
2. Bakar
A. Kedokteran gigi klinis. Edisi 2. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media; 2012.
H. 1-10, 96-102.
3. Shear
M. Kista rongga mulut. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2012. H. 1-3, 179-202, 214-5.
4. Langlais
RP, Miller CS, Gehrig-JSN. Atlas berwarna lesi mulut yang sering ditemukan.
Edisi 4. Jakarta: EGC; 2013.
5. Ramadhania
RW. Prevalensi kista rongga mulut odontogen dan
nonodontogen di RSUD Dr. Saiful anwar malang berdasarkan usia dan jenis kelamin
tahun 2005-2010. Available from:
6. Mitchell,
dkk. Dasar patologi penyakit. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2008.
7. Syafriadi
M. Patologi Mulut. Yogyakarta: ANDI; 2008. H. 13-5.
8. Sirait
T, Rahayu S, Sibarani M, Brigitta G. Kista radikular multipel pada maksila.
Majalah kedokteran FK UKI 2010 vol. XXVII No.4.
9. Grossman
L, Oliet S, Delrio CE. Ilmu endodontik dalam praktek. Jakarta: EGC; 2007.
10. Coulthard,
Paul, Horner, etc. Oral and maxillofacial surgery, radiology, pathology and
oral medicine. China: Elseiver; 2013.
11. Isselbacher,
Kurt J dkk. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC
12. Margono,
Gunawan. Radiogarafi intraoral. Jakarta: EGC
13. Balaji
SM. Textbook of oral maxillofacial surgery. India: Elseiver; 2007; H. 270.
14. Pedersen
GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Jakarta: EGC; 2012. H. 179-182.